Daftar Mata Pelajaran

Senin, 11 Maret 2019

TERIAKAN DARI TENTARA ANGKATAN DARAT

TERIAKAN DARI TENTARA ANGKATAN DARAT

    Ada seorang ayah yang mencurahkan kisahnya kepada anaknya. Siang itu, anaknya bertanya kepada sang ayah.
"Ayah, kenapa ayah bisa menjadi tentara?" kata anaknya. 
  Dulu ayahnya pernah cerita kepada sang anak kalau dirinya mengalami hidup susah semasa kecil. Seorang anak yang makan saja menumpang kepada orang bisa menjadi seorang tentara.  Pertanyaan iseng dari sang anak karena pada waktu itu anaknya melihat sang ayah berdiri tegak menghormati bendera merah putih. Pertanyaan itu dengan langsung ia ungkapkan. 
 Sang ayah mulai menjawab pertanyaan dengan cerita semasa kecil dulu. Semasa kecil di tempat ayah tinggal di sebuah tempat yang dipakai untuk latihan tentara Angkatan Darat. Tepatnya di Gunung Tapak Bimo. Gunung itu hampir seluruhnya bebatuan  hitam. Suatu hari, para tentara latihan turun tebing menggunakan seutas tali. Dengan gagah berani mereka menuruni tebing, berurutan satu demi satu. Sebelum turun masing-masing melaporkan diri. 
Prajurit no 25 "Lapor prajurit nomor siswa 25 siap melaksanakan peluncuran,” kata seorang prajurit TNI-AD. Ayah hanya mengikuti dari belakang.
"Kerjakan," teriak sang pelatih dengan suara melengking. 
Prajurit no 25 berkata, “Kerjakan Komando, Komando, Komando.”
Teriak si prajurit sambil memegang tali erat-erat melakukan peluncuran.  
Sesampai di bawah si prajurit laporan "Laporan prajurit Sutaji nomor siswa 25 telah melaksanakan peluncuran. Ayah hanya memandang si prajurit yang melapor kepada sang pelatih.
“Laporan selesai,” jawab prajurit nomor siswa 25
"Kembali ketempat " kata sang pelatih dengan suara keras dan tegas.
"Kembali ketempat " jawab si prajurit dengan tegasnya. 
Satu demi satu prajurit melaksanakan latihan turun tebing.  Setelah selesai, semua prajurit dilaksanakan pengecekan. Mulai jumlah, kondisi kesehatan, dan alat peralatan yang digunakan, dan yang paling penting adalah senjata. Selesailah latihan turun tebing. Dilanjutkan dengan devile melalui jalan besar menuju homebase. Dengan gagah dan hentakan derap langkah-langkah yang kompak dengan nyayian yang memecahkan keheningan kota kecil ayah. Derap maju melangkah pasti Angkatan Darat Putra pertiwi di bawah panji Garuda sakti Kartika Eka Paksi. Sapta marga sumpah prajurit. Semboyan luhur janji nan suci. “Di bawah panji sang merah putih”. Kehidupan yang susah dan seadanya membuat ayah si anak tidak bisa mengikuti pelatihan itu. Hanya bisa mengikuti dari belakang.
 Nyayian yang menggelegar memecahkan kesunyian dan menimbulkan jiwa patriotisme kepada siapa saja yang mendengarkan syair lagu tersebut.  Tidak terlepas ayah sang anak dan teman-teman yang mengikuti dari belakang devile pasukan dari Angkatan Darat.
   Sejak itulah ayah terispirasi untuk menjadi seorang prajurit Angkatan Darat. Merasa terpanggil sebagai putra bangsa berjiwa patriot. Untuk ikut dan turut serta dalam pengabdian kepada Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menjadi Prajurit Angkatan Darat yg berjiwa Pancasila dan UUD 1945. Sapta Marga, sumpah prajurit dan 8 wajib TNI sebagai pegangan hidup seorang prajurit. 
   Walaupun, hidup sang ayah susah, tetapi sang ayah berusaha untuk berubah dari kehidupan ini. Sang ayah tidak pantang menyerah dalam hidup ini dan sang ayah tidak mengeluh. Keinginan terbesar ayah adalah menjadi seorang TNI-AD. Walaupun hanya umur 12 tahun ayah ditemani seorang laki-laki orang tua ayah.
  Untuk meraih itu semua tidak semudah membalikan telapak tangan. Mesti perlu ketekunan, keuletan, kerja keras, dan doa. Sejak itu ayah mengikuti kegiatan keorganisasian OSIS, Kepramukaan (Saka Bhayangkara), PMR untuk membekali diri masuk TNI – AD.
    Dengan niat yang kuat, kedisiplinan, keuletan, kerja keras, dan doa bisa mewakili kota kecil saya diberbagai kegiatan. Bulu tangkis tingkat provinsi, paskibra tingkat provinsi, Kirab Remaja Nasional, dan lain sebagainya.
   Puncaknya pada tahun 1993 sang ayah mengikuti seleksi masuk TNI – AD. Bersyukur  sekali ikut tes langsung berhasil dan mulai saat itulah pengabdian ayah kepada bangsa dan negara melalui TNI sampai sekarang.
Satu kata yang paling sang ayah ingat adalah nasihat ayahnya “Apapun kehidupan dan keadaan kita, berjuanglah untuk meraih impianmu.” kata itu yang menjadi penyemangat sang ayah. Semua kesuksesan itu tidak terlepas dari didikan seorang ayah yang berjuang apapun demi sang anak. Dulu sang ayah si anak berjuang demi mencapai keinginannya menjadi seorang tentara.  Usaha keras yang dilakukan sang ayah untuk mengubah hidupnya berhasil. 
     Sang anak mendengarkan ayahnya bercerita sambil menatap bendera merah putih yang berkibar terkena hembusan angin. Timbul keinginan yang sama di hati sang anak untuk menjadi seorang seperti ayahnya. Akan tetapi, berbeda keinginan dengan ayahnya. Sang anak tidak ingin menjadi tentara sang anak hanya ingin menjadi seperti ayahnya seorang yang pejuang keras. Seorang yang pejuang keras untuk menggapai impiannya, tak kenal lelah, dan tak mengeluh apapun keadaannya.
       Dari kisah di atas sang ayah mengajarkan pada kita untuk tetap tegar menjalani hidup ini dan terus berusaha untuk menggapai keinginan kita. Karena dengan usaha dan doa keinginan kita dapat terwujud. 

Oleh : 
Davina Panorama Viradhika (08)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar