Daftar Mata Pelajaran

Senin, 11 Maret 2019

MISI GENTA

MISI GENTA
Aku adalah seekor burung elang. Namaku  adalah Genta. Aku sudah pernah berkeliling daratan taiga. Dari utara, selatan, barat, dan timur semua sudah pernah kukunjungi. Aku telah melihat berbagai cerita. Kali ini aku ingin berbagi salah satu dari cerita yang pernah kualami.

Hari itu aku terbang mencari makan seperti biasa. Aku melihat ada seekor kelinci lewat diantara pepohonan. Wusss, sayapku melesat, cakarku yang tajam langsung  mencengkram kelinci itu. Pagi itu aku puas memakan kelinci. Namun tiba – tiba aku  DORRR!!! Begitu suaranya. Aku yang ketakutan langsung terbang meninggalkan tempat aku memakan kelinci tadi. Dari atas aku bisa melihat ada makluk yang belum pernah kulihat sebelumnya. Mereka berjalan menggunkan dua kaki dan ada dua tangan membawa sesuatu. Bermata dua, tanpa ekor. “Makluk apa itu?. Bentuknya aneh.” aku berkata pada diriku sendiri.

Keesokan harinya, aku kembali terbang untuk berburu. Namun aneh, ada sebuah bangunan baru yang berdiri di tengah hutan. Bentuknya pun aneh seperti kubus kayu, lumayan besar, aku melihat makluk yang kulihat kemarin keluar dari kubus itu. Mereka membawa berbagai macam benda. Sepertinya alat-alat yang mereka letakkan di punggung dan sebuah kereta dengan kurungan besi di belakangnya. “Makluk apa sih itu,” kataku dalam hati. 

Mereka terus saja masuk ke dalam hutan, dan aku terus saja mengikuti mereka. Ternyata kemudian mereka mengintip sesuatu dari balik semak belukar. “Wah, itu kan Beber,” kataku dalam hati. Beber adalah beruang kecil anak Pak Beri beruang. Dia sedang bermain sendirian. Tampaknya asyik sekali dia bermain. Entah apa yang akan dilakukan makluk-makluk tadi kepada Beber. Tapi yang jelas instingku mengatakan bahwa Beber sedang dalam masalah. Aku mengeluarkan bunyi lengkingan tinggi tanda bahaya untuk memberitahu Beber. 

“Beber...Beber...bahaya datang..Cepat lari..”.

Beber mendengarnya dan serta merta secara naluriah tahu kalau dia dalam bahaya. Dia segera berlari pergi menjauhi tempat dia sedang bermain. Tapi rupanya makluk baru itu belum mau menyerah.

 Malam harinya aku yang masih penasaran dengan makluk baru itu memutuskan untuk pergi mengintai rumah makluk baru tersebut, kali ini aku memutuskan mengintai bersama temanku Fari, si Burung Gagak hitam. “Siapa mereka?” tanya Fari padaku. “Aku tidak tahu, yang jelas sepertinya mereka bukan makluk yang baik,” kataku menjawab pertanyaan Fari. Aku dan Fari mengintip dari sudut ruangan yang sedikit bercelah. Seketika aku tercengang melihat Beber dikurung di dalam kurungan besi. Aku ingin berteriak memanggilnya, namun kalah cepat dengan Fari yang lebih dulu menutup mulutku. “Ssstttt, kau tak boleh asal teriak,” kata Fari mengingatkanku. Aku hanya mengangguk.

Tak selang lama mereka pergi menggunakan kereta beroda empat. Di dalam ada Beber yang terlihat masih pulas tertidur. “Ayo kita ikuti mereka,” kataku pada Fari. Dia hanya mengangguk. Kami terbang mengikuti mereka. Berhari – hari kami mengikuti mereka hingga keluar dari Hutan Taiga. Kami juga melewati padang rumput, hingga akhirnya makhluk-makhluk aneh itu berhenti di sebuah hutan dimana tak ada pohon cemara lagi. Ternyata mereka adalah manusia.

“Aku.... capek sekali...”kata Fari.

“Ya, aku juga, bahkan aku sangat lemas,” kataku. Sesuatu aneh yang membawa Beber itu berhenti di sebuah bangunan. Bangunan yang lumayan beasr. Aku memutuskan beristirahat di sebuah pohon besar yang adi di dekat bangunan itu. Malam itu akupun tertidur di atas pohon besar itu.  

Keesokan harinya, aku sudah kembali bersemangat. Sesudah berburu aku kembali ke atas pohon tempatku beristirahat. Dari atas pohon tak sengaja aku melihat banyak sekali teman-temanku binatang yang masih kecil  dalam kurungan. Ya ampun ternyata salah satunya adalah Beber.  

Aku harus menyelamatkan Beber, tekadku sudah bulat. Aku memikirkan berbagai cara, namun sepertinya tak satupun yang bisa berjalan baik dan gagal. Mereka memiliki banyak sekali alat aneh yang dapat digunakan untuk melukai para binatang. Tapi aku harus terus berusaha.

 “Fari, kita harus menyelamatkan Beber dan semua teman-teman binatang yang ada,” kataku.

“Bagaimana caranya? Mungkinkah kita bisa?” kata Fari. Dalam hati aku membenarkan ucapan temanku ini, namun disisi lain tekadku sudah bulat. “Bagaimana, apa yang harus ku lakukan?” kataku dalam hati.

Tiba – tiba sebuah ide muncul di kepalaku. Aku akan mempersatukan binatang binatang yang ada di hutan ini untuk melawan mereka. “Fari, aku tahu. Kita harus mempersatukan semua binatang di hutan ini agar mereka juga ikut dalam membebaskan teman teman mereka,” kataku. Aku pun lalu terbang mencari Raja Singa. Setelah bertemu kami kemudian berdiskusi selama beberapa waktu  dengan Raja Singa akhirnya dia pun setuju dengan gagasanku. 

Peperangan sudah di mulai. Aku dan binatang binatang lainnya telah menyusun strategi. “Hyaaaa!!!!!” teriak kuda sebagai pemimpin perang. Selang beberapa detik, kami pun langsung menyerang. Beberapa manusia itu ada yang lari dan ada yang melawan para binatang. Para binatang juga berjuang melawan manusia sambil berteriak-teriak berusaha keluar dari kurungan. Suasana sungguh seram. Aku berteriak lantang memberi komando sambil terbang mengitari manusia-mausia yang tetap berusha membawa teman-temanku. Namun tak berapa lama berselang beberapa manusia yang memakai baju warna coklat berlarian datang dan menangkap manusia yang mengurung teman-teman kecilku itu. Akhirnya merekapun dibebaskan dari kurungan. Yang sakit tampak dibawa untuk dirawat. Yang sehat kembali dilepas di hutan.  Huuffttt...sungguh pertualangan dan pengalaman yang mendebarkan dan mengesankan. 

Manusia adalah makluk yang sempurna. Maka manusia harus dapat menggunakan kesempurnaan itu untuk menjaga dan mempertahankan keberlangsungan kehidupan hewan dan tumbuhan. 





Profil Penulis
Nama : Maura Salsabilla Ramadhani
Kelas : 6.S2.3
No Absen : 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar