Jasmine Fauzia
6.S2.5/15Pada suatu hari, hiduplah seekor kelinci bernama Cici yang selama ini tinggal dengan ibunya bernama bu Caca. Ia dikenal anak yang sangat sombong dikalangan sekitarnya. Cici selalu merasa yang paling baik dan paling benar, memang terkadang ia benar tetapi caranya ia menyampaikan kepada orang lain yang kurang baik. Cici selalu ingin terlihat terbaik di sekitar teman-temannya itu.
Keesokan harinya, Cici melihat si Mumu sang semut mungil dibalik bunga dahlia. Cici kemudian berkata, "Hai Mumu! Apa kabar? , ayo kita bermain, aku lagi bosan nih!, kira-kira kamu mau main apa?" Mumu kemudian menjawab dengan suaranya yang kecil itu, "Hai juga Cii! Iya nih aku juga lagi bosan, aku mau main kelopak bunga dahlia ini saja mereka sangat cantik dan juga berwarna!" "Apa, aku tak bisa mendengarmu! Kamu mau main air? Aku akan sangat bersedia main air!", jawab Cici dengan nada tengilnya. Kemudian Cici menyalakan kran air di dekat bunga dahlia tersebut dan kemudian Mumu berteriak, " Siapapun, tolong aku, aku tak bisa berenang, aku telah dikenai perilaku usil oleh Cici!!! " Cici hanya bisa tertawa dan meninggalkan Mumu dibelakang.
Setelah mengusili Mumu, Cici kembali mengusili Lula si Ular. Cici menyapa, "Hai Lula, apa kabar? Aku sedang lapar ini, apa kamu tidak lapar?" Kemudian Lula menjawab, "Iya nih, aku juga lapar, bagaimana kalau aku memangsa mu untuk makan siang ku ghari ini?" "Itu ide yang bagus Lula, tetapi kamu harus menangkap ku dulu!", jawab si Cici dengan suka hati. Cici juga tak kalah cerdik, Cici lari berputar -putar mengelilingi kebun bunga tersebut dan pada akhirnya Lula terbelit tubuhnya sendiri karena mengikuti jalannya Cici, kemudian Lula berteriak, " Lain kali aku akan memangsa mu Cici, tunggulah saja, aku akan menghampiri rumah mu!" Cici lenyap seketika dengan berlari ketakutan.
Setelah berlari ketakutan, Cici beristirahat di pohon beringin dekat rumahnya itu, ia tahu bahwa pohon beringin itu bernama pak Ingin. Kemudian ia bersandar ke tubuh pak Ingin dan mulai bertanya kepada pak Ingin, "Pak Ingin, bukan bermaksud untuk mengganggu mu, aku hanya ingin bertanya, mengapa orang-orang disekitar ku ini sangat membenci ku? , itu adalah pertanyaan yang selalu melintas di pikiranku." Kemudian Pak Ingin menjawab, "Begini nak, perilakumu itu sangat meresahkan bagi warga desa Makmur ini, budaya desa kita ini adalah saling menghormati dan saling menghargai atau yang sering kita dengar toleransi, perilaku mu itu sangat tidak sesuai dengan budaya desa kita, jadi mulai sekarang, ubahlah perilaku mu itu dan berpikirlah untuk kehidupanmu di masa depan." Kemudian Cici menjawab dengan sengit, "Kalau memang hidup ini aku yang menjalankan kenapa harus orang resah dengan perilaku ku ini, menurutku, periakuku ini biasa saja! " Pak Ingin kemudian menjawab kembali dengan sabar, "Memang bagimu tak meresahkan, namun bagi lingkungan disekitar mu itu sangat meresahkan, cobalah untuk mengubah perilaku mu itu!" "Baiklah kalau begitu!", jawab Cici.
Keesokan harinya Cici mulai mengubah perilakunya dari yang meresahkan menjadi perilaku yang menyenangkan bagi warga sekitar. Cici sekarang menjadi anak yang disegani oleh warga desa Makmur itu. Cici dijadikan teladan oleh warga desa Makmur tersebut. Pada akhirnya, Cici hidup bahagia disertai perubahan yang drastis darinya, ia juga dianugerahi sebagai kelinci teladan di desanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar