Phoex dan Kerajaan Castel
Suatu hari di sebuah kerajaan singa yang bernama Castel lahirnya seorang penerus takhta singa yang baru bernama Phoex. Phoex merupakan anak dari Phiex raja Castel. Phoex merupakan anak pertama dari Phiex. Lahirnya Phoex disambut baik oleh rakyat Castel. Phoex akan menjadi pemimpin saat usia 20 tahun untuk menggantikan ayahnya. Phoex tumbuh dengan semua kasih sayang dari para rakyat dan keluarganya namun, semakin ia besar ia semakin sombong dan tamak kepada rakyatnya.
Tibalah saatnya ia bekerja. Ia bersama ayahnya pergi ke sebuah desa yang bernama Fab. Mereka pergi ke sana untuk memeriksa ladang pertanian keluarga mereka. Mereka semua disambut ramah oleh seluruh rakyat.
“Selamat datang Raja Phiex dan Pangeran Phoex.” kata salah satu warga
“Terima kasih atas sambutannya tetapi, kami hanya ingin melihat ladang.” kata Raja.
Beberapa warga membawa buah dari ladang mereka namun, Phoex malah menolak semuanya.
“Pangeran, ini ada beberapa buah dari kami.” kata Semut.
“Buat apa sih semut kamu repot-repot bawa buah?” ujar Phoex, “aku juga enggak akan memakannya karena itu belum tentu sehat.”
“Phoex! Siapa yang mendidikmu seperti itu?” tegur Ayahnya.
“Sombong sekali kau” teriak Semut, “jika kau menjadi raja pasti rakyatmu tidak mengormatimu.”
“Tidak mungkin, semua rakyatku akan menghargaiku selalu.” balas Phoex.
Phoex melanjutkan kunjungannya ke desa seberang Fab. Saat ia di sana ia sangat tidak dihormati oleh para warganya. Ia tidak peduli dengan sikap para warganya, ia lantas pergi ke dekat sungai.
“Selamat datang pangeran.” ucap Angsa, “minumlah ini agar kau sehat selalu.”
“Hah! Buat apa aku meminumnya?” bentak Phoex, “jika aku meminumnya aku akan sakit dan tidak sehat.”
“Kau sangat berbeda dengan ayahmu.” sahut Angsa, “ayahmu sangat menghormati kami.”
Phoex meninggalkan angsa dan langsung pergi kembali ke istana.
Saat hari di mana Phoex diangkat menjadi raja. Semua petinggi kerajaan telah datang dan memenuhi kerajaan sedangkan para rakyat menunggu di luar kerajaan. Semua orang sudah menunggu nunggu hari ini.
“Setelah ini aku akan menjadi raja dan mengusai seluruh negeri ini.” gumam Phoex.
Pengawal berkata, “Mari pangeran, semua orang sudah menunggu.”
Beberapa rakyat merasa bahwa pangeran akan bersikap semena-mena. Semut dan Angsa tidak mau datang ke istana karena ia telah benci kepada Phoex. Semut memberitahukan kepada seluruh rakyat desa bahwa pangeran adalah orang yang jahat. Semut juga memberitahukan angsa bahwa pangeran bukan orang yang baik, angsa juga mengatakan hal yang sama kepada warga desanya dan kepada semut.
Semut dan Angsa membuat rencana agar Phoex jera dengan perilakunya. Mereka berdua mengumpulkan semua warga desanya masing-masing. Semut menyampaikan rencana mereka berdua kepada warga desa. Beberapa warga desa bingung dengan perkataan Semut.
“Semut, mengapa kita harus tidak menghormati pangeran?” tanya seorang warga, “bukankah dia orang yang baik dan sopan.”
“Kalian selama ini telah tertipu oleh perilaku pangeran.” ujar Angsa.
“Betul kata Angsa.” sahut Semut, “sebenarnya pangeran tidak bisa menghargai kita semua.” “Jika raja dapat memakan makanan dari kita, pangeran tidak akan bisa memakannya.” kata Kelinci.
“Jaga omonganmu kelinci!” tegur seorang warga, “lagi pula kamu tidak mengetahuinya.” “Aku melihat semua perilaku pangeran kepada Semut dan Angsa.” sahut Kelinci.
Semua warga pun percaya dan mengikuti arahan Semut. Mereka akan memulai rencananya besok pagi hari saat pangeran berkunjung.
Esok harinya saat Phoex pergi ke Desa Fab. Phoex sangat bingung dengan perilaku semua warganya. Semua warga desa itu sangat tidak memedulikannya. Perilaku warga desa yang biasanya menyapanya dan selalu menunduk saat ia berjalan sekarang, tidak ada satu pun yang menyapanya.
“Kenapa semua orang tidak memedulikanku?” gumam Phoex.
“Karena semua itu ulah kamu.” sahut ayahnya, “mereka semua melihat ulahmu kepada Semut dan Angsa waktu itu.”
“Ah! Biarkan saja lagi pula aku tidak butuh mereka.” jawab Phoex.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Saat tiba di ladang Phoex sangat kaget karena ladang mereka sangat gersang seperti tidak dirawat. Lantas Phoex memanggil orang untuk membersihkan ladangnya tetapi, semua orang tidak mau. Phoex mulai menyesali perbuatannya kepada Semut dan Angsa.
“Ha..ha..ha.” tawa Semut saat melewati ladang. “Semut, tolonglah aku untuk membersihkan ladangku.” sahut Phoex.
“Buat apa aku membantumu, aku juga tidak akan mendapatkan apa-apa.” jawab Semut. “Aku telah menyesal dengan perilakuku waktu itu.” ujar Phoex, “jadi maafkan perilakuku waktu itu.”
“Aku akan memaafkanmu jika kau menghargai rakyatmu.” jawab Semut.
“Iya, aku berjanji akan menghargai semua orang.” jawab Phoex.
Kemudian Semut memanggil semua warga untuk membantu membersihkan ladang tetapi, hanya Angsa yang tidak datang. “Terima kasih semuanya, jika tidak ada kalian mungkin ladangku tidak akan kembali lagi.” ucap Phoex.
“Ada satu orang yang harus kau temui.” sahut Semut.
“Antarkan aku pergi ke sana.” jawab Phoex. Mereka langsung pergi menuju tepi sungai untuk menemui Angsa.
“Angsa...ada yang mau ketemu nih.” ujar Semut.
“Semut, raja.” jawab Angsa, “buat apa kau kemari raja?”
“Angsa aku hanya ingin minta maaf atas kejadian waktu itu.” kata Phoex, “aku sangat menyesali perbuatan ku yang tidak menghormatimu.”
“Betul angsa, dia sudah menyesal atas perbuatnya.” sahut Semut, “jadi maafkan lah dia.”
“Baiklah, tetapi kau harus menghormati seluruh rakyatmu.” jawab Angsa.
Esok harinya saat Phoex pergi ke Desa Fab. Phoex sangat bingung dengan perilaku semua warganya. Semua warga desa itu sangat tidak memedulikannya. Perilaku warga desa yang biasanya menyapanya dan selalu menunduk saat ia berjalan sekarang, tidak ada satu pun yang menyapanya.
“Kenapa semua orang tidak memedulikanku?” gumam Phoex.
“Karena semua itu ulah kamu.” sahut ayahnya, “mereka semua melihat ulahmu kepada Semut dan Angsa waktu itu.”
“Ah! Biarkan saja lagi pula aku tidak butuh mereka.” jawab Phoex.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Saat tiba di ladang Phoex sangat kaget karena ladang mereka sangat gersang seperti tidak dirawat. Lantas Phoex memanggil orang untuk membersihkan ladangnya tetapi, semua orang tidak mau. Phoex mulai menyesali perbuatannya kepada Semut dan Angsa.
“Ha..ha..ha.” tawa Semut saat melewati ladang. “Semut, tolonglah aku untuk membersihkan ladangku.” sahut Phoex.
“Buat apa aku membantumu, aku juga tidak akan mendapatkan apa-apa.” jawab Semut. “Aku telah menyesal dengan perilakuku waktu itu.” ujar Phoex, “jadi maafkan perilakuku waktu itu.”
“Aku akan memaafkanmu jika kau menghargai rakyatmu.” jawab Semut.
“Iya, aku berjanji akan menghargai semua orang.” jawab Phoex.
Kemudian Semut memanggil semua warga untuk membantu membersihkan ladang tetapi, hanya Angsa yang tidak datang. “Terima kasih semuanya, jika tidak ada kalian mungkin ladangku tidak akan kembali lagi.” ucap Phoex.
“Ada satu orang yang harus kau temui.” sahut Semut.
“Antarkan aku pergi ke sana.” jawab Phoex. Mereka langsung pergi menuju tepi sungai untuk menemui Angsa.
“Angsa...ada yang mau ketemu nih.” ujar Semut.
“Semut, raja.” jawab Angsa, “buat apa kau kemari raja?”
“Angsa aku hanya ingin minta maaf atas kejadian waktu itu.” kata Phoex, “aku sangat menyesali perbuatan ku yang tidak menghormatimu.”
“Betul angsa, dia sudah menyesal atas perbuatnya.” sahut Semut, “jadi maafkan lah dia.”
“Baiklah, tetapi kau harus menghormati seluruh rakyatmu.” jawab Angsa.
Sejak hari itu Phoex menghormati seluruh rakyatnya. Ia tidak lagi menjadi orang yang sombong dan tamak. Ia menjadi dekat dengan Semut dan Angsa. Memang jika kita ingin dihargai oleh orang maka kita juga harus menghargai orang lain.
Nama : Alya Maulidian Tri Gita Kirana
Kelas : 6.S2.3
No. Absen : 02
Nama : Alya Maulidian Tri Gita Kirana
Kelas : 6.S2.3
No. Absen : 02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar