“JIMAT DARI BUDE GURU”
Ada
seorang kakek menuturkan kisah pada cucunya. Kakek itu bernama Achmad Zakaria.
Beliau sangat menginspirasi saya dengan banyak cerita perjuangannya sewaktu
kecil. Tinggal di Kota Kediri. Anak kedua lahir
pada tahun 1951. Keluarga miskin. Menyewa 1 ruangan untuk sekeluarga. Mandi di
sungai atau menumpang mandi di sumur tetangga.
Kakek
saya mulai bercerita, "Pada saat
kakek berumur 3 tahun, ibu akan melahirkan, tetapi karena ibu kurang sehat diapun
meninggal bersama dengan adik kakek." Sejak istrinya meninggal, kehidupan
ayah kakek menjadi sedih setiap hari, ayah kakek bekerja sebagai kuli bangunan.
Karena tak ada yang mengasuh,
tiap hari kakek ikut ayahnya bekerja menjadi kuli bangunan.
Kakek
melanjutkan ceritanya dan berkata, "Ketika umur 5 tahun ayah kakek
meninggal dunia, dan kakekpun menjadi yatim piatu." Tetapi betapa malangnya nasib kakek, kakaknya
yang perempuan ikut saudaranya yang kaya di Surabaya, sedangkan kakek ikut saudaranya yang miskin di
Kediri. Kakaknya hidup berkecukupan bersama saudara yang kaya dan bersekolah dengan
baik, sedangkan kakek sekolah SD asal-asalan.
"Kakek
pernah tidak naik kelas gara-gara tidak mandi, karena kalau mandi harus
menumpang di sumur tetangga yang galak, sehingga kakek takut untuk mandi dan tidak naik
kelas karena tidak mandi, untuk makan
juga susah, kalau ngga dapat kayu bakar ya nggak makan, bahkan kadang-kadang
harus mencuri di kebun tetangga untuk mendapatkan bahan makanan supaya tetap
hidup," cerita kakek sambil tertawa-tawa.
Ketika
lulus SD kakek diasuh oleh keluarga di Jember. Meskipun ikut keluarga tapi
tidak gratis, kakek harus bekerja membantu pekerjaan rumah atau kebun untuk
biaya makan dan sekolah. Lulus SMP melanjutkan ke SPG (sekolah pendidikan
guru) setingkat
SLTA. Sekolahnya cukup pintar dan berprestasi sehingga yang membiayai
sekolahpun juga senang, sehingga tidak
rugi membiayai sekolah kakek.
Lulus
SPG kakek dikirim ke Kota
Malang, kakek melanjutkan kuliah di IKIP Negeri Malang, atau yang sekarang
menjadi Universitas Negeri Malang. Untuk menyambung hidup dan kuliah kakek
harus bekerja apa saja, membantu orang, serabutan, bahkan tukang angkat-angkat
dan juga kuli bangunan. Tahun pertama berjalan lancar, artinya bisa makan bisa
kos dan kuliah dengan cukup biaya.
Di
tahun kedua mulai sulit, kakek berharap mendapatkan beasiswa untuk kuliah, sudah
berkali-kali mencoba tetapi selalu gagal, akhirnya frustasi dan tidak
melanjutkan kuliah.
Di tahun 1975 kakek membantu mengajar di sebuah madrsah yang baru berdiri, dengan
tugas yang sangat berat namun,
gaji yang didapat sangat kecil kakekpun harus menjalani dengan ikhlas. Setelah berjuang satu tahun lamanya, madrasah ibtidaiyah
mulai ada kemajuan, mulai banyak orang- orang di sekitar yang ingin mendaftar. Tepat
pada tahun 1979 kakek diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan kehidupannya
mulai membaik.
Kakek
menikah tahun 1976, tahun 1977 memiliki
anak pertama yaitu ayah saya. Disamping menjadi PNS, untuk menambah
pemasukan keluarga, sore
harinya mengajar les privat dari rumah ke rumah. Setelah bertahun-tahun hidup
miskin dan kekurangan, kakek bertekad
untuk menjadi kaya atau minimal tidak miskin. Dan satu hal yang mendasari kakek
menjadi orang kuat yaitu berkat jimat
dari Bude Gurunya di Kediri sebelum kakek dilepas ke
Jember.
Bude Guru berkata bahwa kunci sukses yaitu kalau
kamu mau sukses syaratnya cuma 3, kerja keras, hemat, dan jujur. Maka setelah
menjadi PNS dan menjadi guru les, kakek tidak pernah hidup berlebihan apalagi
bersenang-senang dengan gajinya. Uang yang didapatnya ditabung, sehingga lambat
laun
bisa membeli tanah. Meskipun itu tanah yang
paling murah di kampungnya
karena tanah itu terletak di pinggir persis kuburan yang terkenal angker, dan banyak hantunya.
Kakek
berkata, "Strategi yang digunakan yaitu selalu bekerja keras dan menabung
uang hasil kerjanya, ketika libur sekolah kakek mulai membangun rumah."
Tidak pakai bantuan tukang maupun orang lain tapi ditukangi sendiri, rumahnya
dibangun dengan tangannya sendiri. Berulang-ulang kegiatan itu dilakukan saat hari
libur mulai tahun 1983 hingga 1993, setelah 10 tahun lamanya rumah kakekpun jadi,
rumah kakek termasuk rumah yang besar di kampungya.
Sekarang
kakek sudah pensiun sebagai guru PNS, sudah tidak mengajar di sekolah maupun
les privat. Tetapi sekarang mempunyai usaha kos-kosan, warung, dan menerima pijat terapi
untuk kesehatan, juga memiliki banyak tanah sebagai investasi untuk tiga orang
anak, dan sembilan orang cucunya. Berkat jimat dari Bude Guru yaitu, kerja
keras, hemat, dan jujur, kehidupan yang keras bisa ditaklukkan. Berkat jimat dari Bude Guru yaitu,
kerja keras, hemat, dan jujur, seseorang yang super miskin bisa hidup layak dan
berkecukupan.
ARYA ADITAMA
VIII.9/04
Tidak ada komentar:
Posting Komentar