Daftar Mata Pelajaran

Senin, 11 Maret 2019

JIMAT DARI BUDE GURU



“JIMAT DARI BUDE GURU”
Ada seorang kakek menuturkan kisah pada cucunya. Kakek itu bernama Achmad Zakaria. Beliau sangat menginspirasi saya dengan banyak cerita perjuangannya sewaktu kecil. Tinggal di Kota Kediri. Anak kedua lahir pada tahun 1951. Keluarga miskin. Menyewa 1 ruangan untuk sekeluarga. Mandi di sungai atau menumpang mandi di sumur tetangga.


Kakek saya mulai bercerita, "Pada saat kakek berumur 3 tahun, ibu akan melahirkan, tetapi karena ibu kurang sehat diapun meninggal bersama dengan adik kakek." Sejak istrinya meninggal, kehidupan ayah kakek menjadi sedih setiap hari, ayah kakek bekerja sebagai kuli bangunan. Karena tak ada yang mengasuh, tiap hari kakek ikut ayahnya bekerja menjadi kuli bangunan.

Kakek melanjutkan ceritanya dan berkata, "Ketika umur 5 tahun ayah kakek meninggal dunia, dan kakekpun menjadi yatim piatu." Tetapi betapa malangnya nasib kakek, kakaknya yang perempuan ikut saudaranya yang kaya di Surabaya,  sedangkan kakek ikut saudaranya yang miskin di Kediri. Kakaknya hidup berkecukupan bersama saudara yang kaya dan bersekolah dengan baik, sedangkan kakek sekolah SD asal-asalan.

"Kakek pernah tidak naik kelas gara-gara tidak mandi, karena kalau mandi harus menumpang di sumur tetangga yang galak, sehingga kakek takut untuk mandi dan tidak naik kelas karena tidak mandi,  untuk makan juga susah, kalau ngga dapat kayu bakar ya nggak makan, bahkan kadang-kadang harus mencuri di kebun tetangga untuk mendapatkan bahan makanan supaya tetap hidup," cerita kakek sambil tertawa-tawa.

Ketika lulus SD kakek diasuh oleh keluarga di Jember. Meskipun ikut keluarga tapi tidak gratis, kakek harus bekerja membantu pekerjaan rumah atau kebun untuk biaya makan dan sekolah. Lulus SMP melanjutkan ke SPG (sekolah pendidikan guru) setingkat SLTA. Sekolahnya cukup pintar dan berprestasi sehingga yang membiayai sekolahpun  juga senang, sehingga tidak rugi membiayai sekolah kakek.

Lulus SPG kakek dikirim ke Kota Malang, kakek melanjutkan kuliah di IKIP Negeri Malang, atau yang sekarang menjadi Universitas Negeri Malang. Untuk menyambung hidup dan kuliah kakek harus bekerja apa saja, membantu orang, serabutan, bahkan tukang angkat-angkat dan juga kuli bangunan. Tahun pertama berjalan lancar, artinya bisa makan bisa kos dan kuliah dengan cukup biaya.

Di tahun kedua mulai sulit, kakek berharap mendapatkan beasiswa untuk kuliah, sudah berkali-kali mencoba tetapi selalu gagal, akhirnya frustasi dan tidak melanjutkan kuliah. Di tahun 1975 kakek membantu mengajar di sebuah madrsah yang baru berdiri, dengan tugas yang sangat berat namun, gaji yang didapat sangat kecil kakekpun harus menjalani dengan ikhlas. Setelah berjuang satu tahun lamanya, madrasah ibtidaiyah mulai ada kemajuan, mulai banyak orang- orang di sekitar yang ingin mendaftar. Tepat pada tahun 1979 kakek diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan kehidupannya mulai membaik.

Kakek menikah tahun 1976,  tahun 1977 memiliki anak pertama yaitu ayah saya. Disamping menjadi PNS, untuk menambah pemasukan keluarga, sore harinya mengajar les privat dari rumah ke rumah. Setelah bertahun-tahun hidup miskin dan kekurangan, kakek bertekad untuk menjadi kaya atau minimal tidak miskin. Dan satu hal yang mendasari kakek menjadi orang kuat yaitu berkat  jimat dari Bude Gurunya di Kediri sebelum kakek dilepas ke Jember.

Bude Guru berkata bahwa kunci sukses yaitu kalau kamu mau sukses syaratnya cuma 3, kerja keras, hemat, dan jujur. Maka setelah menjadi PNS dan menjadi guru les, kakek tidak pernah hidup berlebihan apalagi bersenang-senang dengan gajinya. Uang yang didapatnya ditabung, sehingga lambat laun bisa membeli tanah. Meskipun itu tanah yang paling murah di kampungnya karena tanah itu terletak di pinggir persis kuburan yang terkenal angker, dan banyak hantunya.

Kakek berkata, "Strategi yang digunakan yaitu selalu bekerja keras dan menabung uang hasil kerjanya, ketika libur sekolah kakek mulai membangun rumah." Tidak pakai bantuan tukang maupun orang lain tapi ditukangi sendiri, rumahnya dibangun dengan tangannya sendiri. Berulang-ulang kegiatan itu dilakukan saat hari libur mulai tahun 1983 hingga 1993, setelah 10 tahun lamanya rumah kakekpun jadi, rumah kakek termasuk rumah yang besar di kampungya.

Sekarang kakek sudah pensiun sebagai guru PNS, sudah tidak mengajar di sekolah maupun les privat. Tetapi sekarang mempunyai usaha kos-kosan, warung, dan menerima pijat terapi untuk kesehatan, juga memiliki banyak tanah sebagai investasi untuk tiga orang anak, dan sembilan orang cucunya. Berkat jimat dari Bude Guru yaitu, kerja keras, hemat, dan jujur, kehidupan yang keras bisa ditaklukkan. Berkat jimat dari Bude Guru yaitu, kerja keras, hemat, dan jujur, seseorang yang super miskin bisa hidup layak dan berkecukupan.




ARYA ADITAMA
VIII.9/04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar