Di
suatu hutan yang lebat, ada keluarga landak yang tinggal di dalamnya. Keluarga
landak itu terdiri atas ayah landak, ibu landak, dan anak landak yang bernama
Moko. Moko adalah landak yang suka membantu, ceria, periang, dan aktif, namun
Moko banyak dijauhi oleh binatang hutan lainnya sehingga terkadang Moko merasa
sedih tanpa mengetahui alasan mengapa ia dijauhi oleh teman-temannya.
Ketika
sore, Moko merasa bosan jika hanya duduk saja di dalam rumah, ia pun berlari
keluar rumah untuk ikut bermain dengan hewan-hewan di hutan lainnya. Moko
secara tidak sengaja bertemu dengan monyet. "Hai monyet, apa yang sedang
kamu mainkan itu?" tanya Moko "apakah aku boleh ikut bermain
bersamamu?" monyet pun membalas, "Aku sedang bermain bola, ayo
bermain bersamaku!" mereka pun bermain bersama, mereka saling
memperebutkan sebuah bola. Tiba-tiba saja bola yang dipegang monyet terlempar
dan terkena duri tajam di punggung Moko, sehingga bola milik monyet kempes.
Monyet
sangat marah pada Moko, "Yah, bolaku kempes karena duri di punggungmu itu,
kamu harus menggantinya, Moko!" melihat monyet yang marah besar, Moko
menjadi takut dan ia memilih berlari ke tengah hutan untuk menjauhi monyet.
Monyet yang merasa kesal tetap mengejar Moko, namun ia malah kehilangan jejak
Moko.
Moko tetap
berlari ke tengah hutan, tiba-tiba saja ia mendengar suara hewan yang menjerit.
Karena penasaran, Moko segera berlari mencari sumber suara tersebut. Moko
terperanjat kaget ketika ia melihat seekor kelinci malang yang ketakutan karena
diterkam oleh seekor singa.
Sebenarnya
Moko ragu-ragu untuk menolong kelinci, karena Moko ingat ia pernah melukai
kelinci dengan durinya saat sedang berkunjung ke rumah kelinci, namun Moko juga
tidak mau kalau temannya harus menjadi santapan singa yang lapar.
Saat
tangan singa tersebut hendak mencengkram tubuh kelinci, Moko menggeser tubuh
kelinci, sehingga ia menggantikan tubuh kelinci di sana. Moko menutup matanya
erat-erat dan ia sudah pasrah jika menjadi santapan singa itu. Tiba-tiba sang
singa mengaum dengan keras karena tangannya terasa sakit setelah memegang duri
di punggung Moko, singa yang merasakan kesakitan pun langsung pergi
meninggalkan Moko dan kelinci.
Moko
takut kelinci masih marah padanya. Tanpa berbicara apapun, Moko langsung pulang
ke rumahnya dan langsung menangis di depan ibunya, ibunya yang bingung melihat
sikap Moko pun bertanya, "Moko, kenapa kamu menangis nak, apakah kamu
terluka?" tanya ibunya yang khawatir terhadap Moko. Moko pun membalas,
"Ibu, teman-temanku selalu marah padaku karena duri di punggungku ini,
kenapa aku harus memiliki duri ini bu?" ibu landak hanya tertunduk lesu
tanpa membalas pertanyaan Moko.
Tiba-tiba
saja pintu rumah terbuka dan terlihatlah ayah landak yang baru saja pulang
bekerja, ayah landak bingung karena tidak biasanya ia melihat Moko menangis
tersedu-sedu, biasanya Moko akan berlari menyambut ayahnya yang baru saja
pulang dengan senyuman. Ayah landak pun bertanya, "Ada apa denganmu,
Moko?" Moko hanya melihat ke arah ayahnya tanpa membalas pertanyaan
ayahnya itu. Ibu landak mengajak ayah landak sedikit menjauh dari Moko, ibu
landak pun menjelaskan apa yang terjadi pada Moko. Ayah landak mencermati
setiap hal yang diceritakan oleh ibu landak, tiba-tiba sebuah ide muncul dari
ayah landak, ia akan pergi mencari semua teman-teman Moko dan memberikan
kejutan yang bahkan ibu landak tidak diberitahu.
Ibu
landak segera mendekati Moko untuk menenangkannya, di dalam hatinya, ia bingung
dengan rencana yang ingin dilakukan ayah landak. Di satu sisi ibu landak takut
rencana ayah landak tidak akan berhasil, dan di sisi lain ia juga tidak tahu
apa rencana yang dibuat oleh ayah landak. Tiba-tiba suara Moko membuyarkan
lamunan ibu landak. Moko bertanya, "Ibu, kenapa ayah pergi lagi setelah
pulang kerja, apakah ada yang tertinggal?" ibu landak bingung harus
menjawab apa pada Moko.
Di sisi
lain ayah landak berlari-lari ke tengah hutan, ia melihat monyet yang masih
kesal dengan bola yang kempes di tangannya, ayah landak pintar, ia tahu kalau
bola itu kempes karena terkena duri Moko. Ayah landak berjalan perlahan ke arah
monyet, awalnya ia mendapat sedikit penolakan dari monyet karena mungkin monyet
takut kalau ayah landak malah memperburuk masalahnya. Setelah merayu monyet, ia
pun menjelaskan rencananya pada monyet. Monyet pun bersedia membantunya, tanpa
berlama-lama monyet segera memberitahu binatang hutan lainnya. Setelah tugasnya
selesai, ayah landak segera pulang ke rumah lebih dulu agar tidak dicurigai
oleh Moko dan ibu landak.
Dari
dalam rumah terdengar suara ketukan pintu, ibu landak yang masih khawatir pun
segera membuka pintu rumahnya. Ketika pintu dibuka, hanya ada ayah landak yang
berdiri sendirian, ibu landak pun mulai bertanya-tanya di dalam hatinya,
"kenapa hanya sendirian, bukankah ayah landak tadi menghampiri teman-teman
Moko untuk menjalankan rencananya?" ayah landak yang sepertinya mengerti
bagaimana isi hati ibu landak hanya mengatakan, "masuklah saja dulu, kita
akan membuat Moko senang hari ini."
Ayah
landak yang baru saja masuk rumah setelah kepergiannya yang secara tiba-tiba dan
mengundang tanya pun langsung mengajak Moko juga ibu landak untuk minum teh
bersama di meja makan. Sebenarnya ayah landak sedang khawatir dengan rencananya
sendiri, ia takut monyet dan binatang hutan lainnya lupa dengan rencananya.
Setelah menunggu cukup lama, terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras,
ayah landak memerintahkan Moko untuk membuka pintunya, "Moko, tolong buka
pintunya!" moko pun hanya menurut dan segera membuka pintu.
Lagi-lagi
Moko dibuat kaget, ia menangis di depan pintu, ia melihat teman-temannya datang
ke rumahnya dengan wajah yang sangat marah dan tidak terduga. Moko takut jika
dia akan diusir dari hutan karena ia banyak membuat kesalahan, Moko pun menutup
matanya erat-erat dan tertunduk sambil berkata, "Teman-teman, tolong jangan
usir aku dari sini, aku berjanji tidak akan berbuat kesalahan lagi."
Hewan-hewan
di hutan dan ayah landak pun sudah tidak bisa bersandiwara lagi, mereka tertawa
mendengar ucapan Moko."Tenang saja, kami datang bukan untuk mengusirmu,
Moko!" ucap monyet. "Benar, justru aku ingin berterimakasih karena
kamu sudah menolongku tadi." timpal kelinci. Ternyata para binatang hutan
datang dengan membawa gumpalan kapas di tangan mereka masing-masing, lalu satu
persatu dari mereka menempelkannya pada duri Moko supaya tidak terasa tajam
lagi.
Sebenarnya,
semua binatang hutan menyaksikan bagaimana kejadian saat Moko menyelamatkan
kelinci dari singa, mereka baru sadar bahwa mereka harus senang dan bersyukur
karena memiliki teman seperti Moko. Karena duri milik Moko terasa tidak tajam
lagi, mereka pun saling berpelukan satu sama lain. Ayah landak dan ibu landak
pun sangat senang melihat Moko bisa akur dengan teman-temannya.
Seperti
itulah dengan kita semua yang selalu memiliki perbedaan, jadikanlah perbedaan
tersebut sebagai hal yang bermanfaat dan jangan pernah merasa berbeda, karena
kita pun bisa menjadi satu tanpa menghilangkan perbedaan.
Profil
penulis:
Nama:Nova
Kurnia Putri
Absen:
20
Kelas:6.S2.3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar