Daftar Mata Pelajaran

Minggu, 10 Maret 2019

Moko Sang Landak

                     
 Di suatu hutan yang lebat, ada keluarga landak yang tinggal di dalamnya. Keluarga landak itu terdiri atas ayah landak, ibu landak, dan anak landak yang bernama Moko. Moko adalah landak yang suka membantu, ceria, periang, dan aktif, namun Moko banyak dijauhi oleh binatang hutan lainnya sehingga terkadang Moko merasa sedih tanpa mengetahui alasan mengapa ia dijauhi oleh teman-temannya.

Ketika sore, Moko merasa bosan jika hanya duduk saja di dalam rumah, ia pun berlari keluar rumah untuk ikut bermain dengan hewan-hewan di hutan lainnya. Moko secara tidak sengaja bertemu dengan monyet. "Hai monyet, apa yang sedang kamu mainkan itu?" tanya Moko "apakah aku boleh ikut bermain bersamamu?" monyet pun membalas, "Aku sedang bermain bola, ayo bermain bersamaku!" mereka pun bermain bersama, mereka saling memperebutkan sebuah bola. Tiba-tiba saja bola yang dipegang monyet terlempar dan terkena duri tajam di punggung Moko, sehingga bola milik monyet kempes.

Monyet sangat marah pada Moko, "Yah, bolaku kempes karena duri di punggungmu itu, kamu harus menggantinya, Moko!" melihat monyet yang marah besar, Moko menjadi takut dan ia memilih berlari ke tengah hutan untuk menjauhi monyet. Monyet yang merasa kesal tetap mengejar Moko, namun ia malah kehilangan jejak Moko.

Moko tetap berlari ke tengah hutan, tiba-tiba saja ia mendengar suara hewan yang menjerit. Karena penasaran, Moko segera berlari mencari sumber suara tersebut. Moko terperanjat kaget ketika ia melihat seekor kelinci malang yang ketakutan karena diterkam oleh seekor singa.
Sebenarnya Moko ragu-ragu untuk menolong kelinci, karena Moko ingat ia pernah melukai kelinci dengan durinya saat sedang berkunjung ke rumah kelinci, namun Moko juga tidak mau kalau temannya harus menjadi santapan singa yang lapar.

Saat tangan singa tersebut hendak mencengkram tubuh kelinci, Moko menggeser tubuh kelinci, sehingga ia menggantikan tubuh kelinci di sana. Moko menutup matanya erat-erat dan ia sudah pasrah jika menjadi santapan singa itu. Tiba-tiba sang singa mengaum dengan keras karena tangannya terasa sakit setelah memegang duri di punggung Moko, singa yang merasakan kesakitan pun langsung pergi meninggalkan Moko dan kelinci.

Moko takut kelinci masih marah padanya. Tanpa berbicara apapun, Moko langsung pulang ke rumahnya dan langsung menangis di depan ibunya, ibunya yang bingung melihat sikap Moko pun bertanya, "Moko, kenapa kamu menangis nak, apakah kamu terluka?" tanya ibunya yang khawatir terhadap Moko. Moko pun membalas, "Ibu, teman-temanku selalu marah padaku karena duri di punggungku ini, kenapa aku harus memiliki duri ini bu?" ibu landak hanya tertunduk lesu tanpa membalas pertanyaan Moko.

Tiba-tiba saja pintu rumah terbuka dan terlihatlah ayah landak yang baru saja pulang bekerja, ayah landak bingung karena tidak biasanya ia melihat Moko menangis tersedu-sedu, biasanya Moko akan berlari menyambut ayahnya yang baru saja pulang dengan senyuman. Ayah landak pun bertanya, "Ada apa denganmu, Moko?" Moko hanya melihat ke arah ayahnya tanpa membalas pertanyaan ayahnya itu. Ibu landak mengajak ayah landak sedikit menjauh dari Moko, ibu landak pun menjelaskan apa yang terjadi pada Moko. Ayah landak mencermati setiap hal yang diceritakan oleh ibu landak, tiba-tiba sebuah ide muncul dari ayah landak, ia akan pergi mencari semua teman-teman Moko dan memberikan kejutan yang bahkan ibu landak tidak diberitahu.

Ibu landak segera mendekati Moko untuk menenangkannya, di dalam hatinya, ia bingung dengan rencana yang ingin dilakukan ayah landak. Di satu sisi ibu landak takut rencana ayah landak tidak akan berhasil, dan di sisi lain ia juga tidak tahu apa rencana yang dibuat oleh ayah landak. Tiba-tiba suara Moko membuyarkan lamunan ibu landak. Moko bertanya, "Ibu, kenapa ayah pergi lagi setelah pulang kerja, apakah ada yang tertinggal?" ibu landak bingung harus menjawab apa pada Moko.

Di sisi lain ayah landak berlari-lari ke tengah hutan, ia melihat monyet yang masih kesal dengan bola yang kempes di tangannya, ayah landak pintar, ia tahu kalau bola itu kempes karena terkena duri Moko. Ayah landak berjalan perlahan ke arah monyet, awalnya ia mendapat sedikit penolakan dari monyet karena mungkin monyet takut kalau ayah landak malah memperburuk masalahnya. Setelah merayu monyet, ia pun menjelaskan rencananya pada monyet. Monyet pun bersedia membantunya, tanpa berlama-lama monyet segera memberitahu binatang hutan lainnya. Setelah tugasnya selesai, ayah landak segera pulang ke rumah lebih dulu agar tidak dicurigai oleh Moko dan ibu landak.

Dari dalam rumah terdengar suara ketukan pintu, ibu landak yang masih khawatir pun segera membuka pintu rumahnya. Ketika pintu dibuka, hanya ada ayah landak yang berdiri sendirian, ibu landak pun mulai bertanya-tanya di dalam hatinya, "kenapa hanya sendirian, bukankah ayah landak tadi menghampiri teman-teman Moko untuk menjalankan rencananya?" ayah landak yang sepertinya mengerti bagaimana isi hati ibu landak hanya mengatakan, "masuklah saja dulu, kita akan membuat Moko senang hari ini."

Ayah landak yang baru saja masuk rumah setelah kepergiannya yang secara tiba-tiba dan mengundang tanya pun langsung mengajak Moko juga ibu landak untuk minum teh bersama di meja makan. Sebenarnya ayah landak sedang khawatir dengan rencananya sendiri, ia takut monyet dan binatang hutan lainnya lupa dengan rencananya. Setelah menunggu cukup lama, terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras, ayah landak memerintahkan Moko untuk membuka pintunya, "Moko, tolong buka pintunya!" moko pun hanya menurut dan segera membuka pintu.

Lagi-lagi Moko dibuat kaget, ia menangis di depan pintu, ia melihat teman-temannya datang ke rumahnya dengan wajah yang sangat marah dan tidak terduga. Moko takut jika dia akan diusir dari hutan karena ia banyak membuat kesalahan, Moko pun menutup matanya erat-erat dan tertunduk sambil berkata, "Teman-teman, tolong jangan usir aku dari sini, aku berjanji tidak akan berbuat kesalahan lagi."

Hewan-hewan di hutan dan ayah landak pun sudah tidak bisa bersandiwara lagi, mereka tertawa mendengar ucapan Moko."Tenang saja, kami datang bukan untuk mengusirmu, Moko!" ucap monyet. "Benar, justru aku ingin berterimakasih karena kamu sudah menolongku tadi." timpal kelinci. Ternyata para binatang hutan datang dengan membawa gumpalan kapas di tangan mereka masing-masing, lalu satu persatu dari mereka menempelkannya pada duri Moko supaya tidak terasa tajam lagi.

Sebenarnya, semua binatang hutan menyaksikan bagaimana kejadian saat Moko menyelamatkan kelinci dari singa, mereka baru sadar bahwa mereka harus senang dan bersyukur karena memiliki teman seperti Moko. Karena duri milik Moko terasa tidak tajam lagi, mereka pun saling berpelukan satu sama lain. Ayah landak dan ibu landak pun sangat senang melihat Moko bisa akur dengan teman-temannya.

Seperti itulah dengan kita semua yang selalu memiliki perbedaan, jadikanlah perbedaan tersebut sebagai hal yang bermanfaat dan jangan pernah merasa berbeda, karena kita pun bisa menjadi satu tanpa menghilangkan perbedaan.

Profil penulis:
Nama:Nova Kurnia Putri
Absen: 20
Kelas:6.S2.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar