Daftar Mata Pelajaran

Senin, 14 Januari 2019

Virus Tidak Menular yang Telah Mewabah Dimana – Mana

Virus Tidak Menular yang Telah Mewabah Dimana – Mana

Waktu berlalu sungguh terasa cepat. Waktu semasa SMA di malang yang sangat menyenangkan telah berakhir, hal itulah yang dirasakan oleh Budi anak pintar di sekolah itu.  Setiap sepulang sekolah, Budi dan seorang sahabatnya yang bernama Jun balapan berlari menuju perpustakaan umum didekat SMA mereka. Biasanya mereka berdua mengerjakan pr atau belajar untuk ujian. “Yah aku kalah lagi,” keluh Jun. “Kamu tau kan apa konsekuensinya,” jawab Budi. Sebelum masuk kedalam perpustakaan, Jun mentraktir Budi es teh untuk diminum sambil mengerjakan. Setelah dari perpustakaan mereka berjalan bersama karena rumah Budi dan Jun bersebelahan. Sa mbil melihat anak anak yang sedang bermain. Sebagian besar anak anak bermain petak umpet, dan yang lain bermain sepak bola, kelereng, layang-layang dan permainan lainnya.
Kebiasaan itu selalu dilakukan oleh kedua sahabat tersebut. Hingga akhirnya pengumuman danem nilai UN disebutkan oleh kepala sekolah. Budi peringkat 1 dan Jun peringkat 2, Jun hanya selisih 0,5 poin dibawa danem kita kan tinggi, gimana kalau kita lanjutin ke Universitas Indonesia, saran ku lho ya,” usulan Budi. “Hmmm gimana ya Budi, tapi aku disuruh orang tuaku melanjutkan ke ITB,” jawab Jun, “bukannya aku tidak mau melanjutkan sekolah sama kamu, tapi ini sudah keputusan orang tuaku, maaf ya.” “Sayang sekali, padahal aku ingin sekolah sama kamu lagi,” kata Budi dengan perasaan yang menekan hatinya.
Budi menempati kost di dekat kampusnya. Setiap 2 Minggu sekali Budi dan Jun selalu berkirim surat. Mereka saling menceritakan kejadian - kejadian yang menarik di kampus masing masing. Di dalam surat Budi ia menuliskan, “Hai Jun kamu tahu tidak, aku habis dimarahi guru Biologiku, sebab aku tidak sengaja menginjak belalang percobaan milik kelompok lain.” Esoknya Jun membalas surat, “Aku lebih parah lagi Budi, saat aku bermain sepak bola, bolanya mengenai punggung guru bahasa Inggrisku, langsung diceramahi panjang lebar.” Begitu seterusnya selalu ada cerita konyol saat dikampus.
Libur semester 2 pun tiba. Budi ingin mengerjakan tugasnya yang belum selesai, dan akan menyelesaikannya sebelum pulang kampung. Setelah 4 hari ia menyelesaikan tugasnya, Budi akan menemui orang tuanya dan juga yang pasti Jun di Malang. “Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan ayah dan ibu, juga dengan Jun, ” kata Budi dalam hati, “pasti Jun sudah sampai disana.”  Budi sangat senang akan kembali ke kampung halamannya. Untuk menuju ke Kota Malang Budi naik kereta api.
Sesampainya Budi di gang sekitar pukul 3 sore, Budi mulai menyusuri jalanan yang tidak terlalu lebar hanya sekitar 2 sepeda motor. Budi mulai terheran-heran dan bingung, sebab sama sekali tidak ada anak kecil yang bermain di lapangan itu. Budi jalan terus ke depan sembari melihat jalanan sekitar, tak tampak seorang anak pun yang bermain kejar-kejaran. Setelah sampai di rumah Budi segera Salim pada kedua orang tuanya. “Ayah, Ibu kenapa sih keadaan disini tidak seperti dulu, waktu aku masih  duduk di bangku SMA ?” tanya Budi penuh keheranan.“Pasti kamu tahu hang namanya handphone ?” ayah balik bertanya.”Oh ya tahu ayah, di Jakarta banyak mahasiswa yang memainkan game di handphone,” jawab Budi semangat. “Sekarang permainan tradisional seperti petak umpet dan yang lain sudah bukan zamannya, semua anak anak lebih memilih bermain game di handphone, ” lanjut Ibu.
Setelah mendengar penjelasan ayah dan ibunya, Budi mampir ke rumah Jun berharap sahabatnya itu tidak terkena virus game yang mewabah cukup luas. Setibanya di rumah Jun, nampak 5 orang sedang membawa handphone termasuk Jun. Tanpa tunggu lama Budi menghampiri Jun.
 “Jun, apa yang kamu lakukan disini?”tanya Budi dengan nada sedikit tinggi.
 “Ya main game lah, refreshing setelah 1 tahun belajar di kampus, capek banget,” jawab Jun santai.
 “Refreshing darimananya coba, game ini bagaikan virus yang menyebabkan ketagihan, juga kamu akan lupa sebagian ilmu yang telah kamu pelajari,” menginginkan sahabatnya yang sedang asyik bermain handphone.
“Kalau menurutku sesuatu uang seru adalah hobi, hobi dapat menyegarkan pikiran dan game itu sangat seru,” kata Jun membantah ucapan dari Budi.
“Kamu tahu apa yang terjadi setelah kamu terlalu asyik bermain handphone, kamu akan ketagihan, dan kamu akan pusing,” berbicara dengan nada yang lebih tinggi.
“Udah sekarang aku dan teman-temanku mau bermain game, konsentrasi sama permainan, kalau kamu tidak mau ikut pergi aja sana,” jawab Jun sedikit marah.
Untuk menghindari pertengkaran Budi mengalah dan memilih untukeninggalkan sahabatnya. Ia merasa sikat Jun sangat berubah sejak ia bertemu dengan handphone. Setelah itu Budi pulang dan mengerjakan tugas dirumahnya.

Oleh :
Dzaki Ferlian Nugroho
VIII.9/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar