Aku ingat diriku menaiki bus ini Senin, 12 Januari di musim dingin menyumsum bersama sekitar 20 penumpang lainnya bersama seorang supir bus. Menuju tempatku menuntut ilmu di tengah kota, keadaanya teratur seperti biasanya. Sampai bus berhenti di sebuah halte dan masuklah dua pria paruh baya yang tampaknya akan bermain ski di tempat wisata dekat sekolahku. Kedatangan dua pria itu langsung membuat kepanikan di transportasi umum yang berukuran tanggung ini. Dimulailah teror dengan 2 tembakan peringatan dari kedua orang tersebut yang sekarang mulai terlihat niatnya.
Pembajakan bus dimulai pukul 7.39. Dua puluh satu menit lagi aku sudah harus berada di bangku sekolahku. Salah seorang pembajak memberi komando kepada sang sopir bus untuk menjalankan busnya dengan kecepatan tinggi di dalam kota dan menyuruh semua penumpang untuk menyerahkan ponselnya. Diteriakinya pekerja perusahaan bus di telpon yang berisi bahwa mereka ingin membebaskan bos mereka yang merupakan pembuat bom dari sel rumah tahanan yang dingin.
Aku tetap diam berharap agar dua pembajak itu ditangkap polisi. Selama aku termangu, 3 orang yang duduk di kursi belakang membuat keributan dengan salah satu pembajak bus ini. Skylar Cordova, pria yang berparas cukup tampan ini diminta untuk menyerahkan ponselnya, namun ia tidak mempunyainya. Disebelahnya, terdapat Yulian Lynch yang pendengarannya sedikit terganggu karena beberapa alasan. Anton Mayer, salah seorang pembajak, risih akan benda yang menggelantung di sekitar telinga Yulian. Benda tersebut hanyalah alat bantu dengar milik bapak tersebut jadi Mayer tidak mau ribut lagi dengannya. Millie Carson, satu-satunya wanita yang duduk di belakang, membuat Anton terganggu akan suara kunyahan permen karet wanita tersebut. Dan ditembaknya peluru ke samping kepalanya sebagai peringatan.
Shawn Keller namanya. Remaja SMA yang memiliki kemampuan seperti detektif profesional, berusaha untuk meminta bantuan lewat telepon berbentuk lencana, buatan seorang profesor yang duduk di sebelahnya. Entah bagaimana ia tertangkap basah akan perbuatannya. Dengan hal ini dia mencurigai ketiga orang yang duduk di belakang, karena hanya merekalah yang tahu dan bisa memberikan sinyal ke pembajak bus.
Sekali lagi Anton Mayer menarget Shawn karena ia berusaha mencari tahu tentang papan ski yang diletakkan berjajar di tengah bus. Tetapi ia diselamatkan oleh seorang dokter yang duduk di depannya. Selagi kedua pembajak bus ribut menginstruksi sopir bus, Keller terus berusaha mencerna apa saja yang terjadi di dalam kotak berukuran 12 m × 2,5 m berjalan ini.
Saat-saat hampir keluar terowongan, Forsythe Cooper, pembajak bus lainnya, membawa Millie Carson sebagi sandera. Shawn yang sudah tahu bahwa mereka berkomplotan, menuliskan sandi di papan ski untuk menyuruh sopir agar memberhentikan busnya. Karena rem mendadak, kedua pembajak bus itu tersungkur dan berhasil dilumpuhkan oleh salah seorang wanita yang menguasai teknik bela diri dan detektif remaja yang berhasil memecahkan persoalan ini. Semua orang langsung berbondong-bondong keluar seperti orang kerasukan. Aku pun langsung bergegas keluar dari teror ini selagi antagonis dalam drama ini telah 'mati' sekaligus pemicu bom yang berada dalam papan ski menyala.
Kondisi kesehatan yang memuakkan! Asmaku kambuh di saat-saat genting seperti ini! Sungguh aku tak bisa apa-apa. Tersungkur kehabisan napas sama seperti Mayer dan Cooper beberapa waktu lalu. Aku menyadari bayangan detektif remaja yang telah melakukan aksinya tadi. Dia berusaha dengan keras menopangku. Hingga aku tak sadar kedua tangan yang kurasa cukup kuat mendorong bahunya dengan keras hingga aku melihat wajah tampannya terselamatkan dari ledakan senjata api kecil ini. Dan kusadari aku melayang di tempat nyawa seorang gadis remaja diambil kembali oleh-Nya.
Fidela Faya Felicya VIII.9/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar