Sepeda
Malam ini orang tuaku pergi keluar kota. Sehingga Aku mengajak seorang sahabat untuk menginap di rumahku. Siang hari sepulang sekolah, kami duduk di depan radio yang sangat tua dan besar. Kami mendengarkan ceramah seorang ustadz. "Ah bosan mah kalau kita lakukan ini terus," kata Dia.
"Sudahlah, aku juga bosan," kata Aku sambil mengeluh, " mending kita naik sepeda." Siang hari itu pun kami berangkat bersepeda.
Sambil bermain sepeda kami juga minum sebuah es teh 3000-an di warung bu Ari. Aku bersepeda tepat di belakangnya. Dia selalu meminta untuk di posisi depan saat bersepeda. Lagi pula Dia memiliki kecepatan dan keahlian yang besar dalam bersepeda. Karena itu Aku setuju apabila dia berada di depan.
Kami bersepeda melewati hamparan sawah. Melihat beberapa petani sedang bekerja. Awan putih berkumpul diatas langit bagai permen kapas. Sehingga matahari tidak terlalu terik. Kami melihat bibit kayu sengon ditanam para buruh. Aku menghirup udara yang segar karena di desa jarang ada orang yang menggunakan mesin. Itu membuat aku bersyukur.
Tiba tiba saja Aku merasa sangat pusing. Saya menuju kepinggir jalan. Dia masih melaju kedepan tanpa mengetahui aku di pinggir jalan. Mataku seperti melihat gambar yang buram. Bruk! Saya terjatuh di atas tanah.
Setelah saya sadar Saya bertanya kepada Dia tentang apa yang terjadi. Dia menceritakan kalau ada seseorang yang melihatku pingsan di pinggir jalan. Orang tersebut membawaku ke Klinik kesehatan. Aku pingsan selama 1 hari. Dokter berkata bahwa aku beruntung segera dibawa ke klinik. Karena aku diracuni seseorang. Betapa leganya nyawaku tidak melayang.
Setelah sembuh Dia mengantarkanku pulang ke rumah. Orang tuaku masih belum pulang selama 2 hari. Dia menemaniku di rumah. Dia duduk di atas kursi kayu sambil mendengarkan radio. Aku membawa semangkuk potongan semangka yang segar, Lalu kami memakannya. "Betapa beruntungnya nyawaku tidak dicabut," Kataku sambil menghela napas. " Untung saja si wajah kecap asin menemukanmu," kata Dia sambil makan semangka, " adik kelasmu itu." Aku tidak menyangka kalau adik kelasku menemukanku. Tetapi kami pun tertawa dengan canda komedinya yang membuatku bahagia sampai larut malam. Membuatku lupa kalau besok aku harus pergi ke sekolah.
Keesokan harinya aku pergi ke sekolah. Anehnya di kelasku semua anak meributkan suatu hal, sehingga kelasku terasa seperti pasar. "Hei ada apa ini ribut ribut," tanya diriku. "Kamu tahu tidak makanan dan minuman dari warung bu Ari itu beracun. Beliau di tangkap polisi karena hal tersebut," kata salah satu siswa. Mengetahui hal tersebut aku kaget kalau es teh yang kubeli saat bersepeda ternyata beracun. Oh tuhan, sekali lagi aku bersyukur bisa sehat
By:
Gading Mahendra Sebayang
VIII.9/13
Setelah saya sadar Saya bertanya kepada Dia tentang apa yang terjadi. Dia menceritakan kalau ada seseorang yang melihatku pingsan di pinggir jalan. Orang tersebut membawaku ke Klinik kesehatan. Aku pingsan selama 1 hari. Dokter berkata bahwa aku beruntung segera dibawa ke klinik. Karena aku diracuni seseorang. Betapa leganya nyawaku tidak melayang.
Setelah sembuh Dia mengantarkanku pulang ke rumah. Orang tuaku masih belum pulang selama 2 hari. Dia menemaniku di rumah. Dia duduk di atas kursi kayu sambil mendengarkan radio. Aku membawa semangkuk potongan semangka yang segar, Lalu kami memakannya. "Betapa beruntungnya nyawaku tidak dicabut," Kataku sambil menghela napas. " Untung saja si wajah kecap asin menemukanmu," kata Dia sambil makan semangka, " adik kelasmu itu." Aku tidak menyangka kalau adik kelasku menemukanku. Tetapi kami pun tertawa dengan canda komedinya yang membuatku bahagia sampai larut malam. Membuatku lupa kalau besok aku harus pergi ke sekolah.
Keesokan harinya aku pergi ke sekolah. Anehnya di kelasku semua anak meributkan suatu hal, sehingga kelasku terasa seperti pasar. "Hei ada apa ini ribut ribut," tanya diriku. "Kamu tahu tidak makanan dan minuman dari warung bu Ari itu beracun. Beliau di tangkap polisi karena hal tersebut," kata salah satu siswa. Mengetahui hal tersebut aku kaget kalau es teh yang kubeli saat bersepeda ternyata beracun. Oh tuhan, sekali lagi aku bersyukur bisa sehat
By:
Gading Mahendra Sebayang
VIII.9/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar