Ketidakpedulian Di Antara Kesalahpahaman
“Kringg,” Pelajaran
telah selesai, saatnya siswa kelas IX pulang. Semua bersorak girang, kecuali
anak bernama Yovian Alvaro yang biasa dipanggil Yovi. “El, lanjut main gamenya
yuk!” seru Yovi sambil menepuk punggung Kael. “Anu, Yov habis ini aku diajak
pergi sama papa mamaku,” jawab Kael. “Yah, main game cuma 15 menit aja kok,
ayolah,” kata Yovi memelas. “Tetap saja, aku harus pulang sekarang, papaku
sudah menjemputku tuh” kata Kael seraya menunjuk mobil papanya. “Huftt...
Rasanya malas pulang,” batin Yovi.
Bagaimanapun juga ia tetap pulang karena tidak ada hal yang bisa dilakukannya
di sekolah.
Yovi adalah seorang anak laki-laki tunggal dari keluarga yang berkecukupan, sayangnya menurut Yovi mama papanya sibuk di luar rumah. Terkadang Yovi berpikir ia tidak dipedulikan lagi oleh orang tuanya. Yovi sering menghabiskan waktunya di luar rumah, menurutnya rumahnya itu seperti istana tak berpenghuni. Sehingga ia lebih suka berlama lama di sekolah.
“Seandainya
saja mama papa sama seperti mama papanya Kael” batin Yovi, “aku pasti selalu
pulang lebih awal.” Begitulah pikir Yovi sepulang sekolah saat melihat
teman-temannya dijemput oleh orang tua mereka, sedangkan dia selalu dijemput
oleh sopir bayaran orang tua mereka. Seperti biasa sesampainya di rumah, Yovi
mandi dan makan sore. Setelah itu barulah ia les sampai malam. Malamnya pun ia
mengerjakan tugas, lalu bergegas tidur. Itulah yang Yovi lakukan di hari hari
sekolah.
Keesokan harinya Yovi terbangun di pukul 8 pagi. Padahal jam pelajaran pertama adalah jam pelajaran Bu Siti yang terkenal killer. Yovi langsung tergopoh gopoh pergi ke kamar mandi dan mencomot sarapan rotinya. Setelah itu, Yovi langsung ke sekolah. Seperti yang ia duga ia di hukum tidak mengikuti jam ke1 dan 2 serta ia juga dihukum menyikat kamar mandi. “Andai saja mama papa tidak sibuk, pasti bisa membangunkanku di pagi hari,” itulah yang lagi lagi dipikirkan oleh Yovi. “Hoi jangan melamun!” celetuk Kael sahabatnya yang mengagetkan Yovi. “Apaan sih, El!” kata Yovi. “Ih santai dong, jangan marah gitulah Yov,” kata Kael, “kalau ada apa apa bicara saja padaku, aku pasti mau bantu.” “Hmm, bagaimana ya, El?” kata Yovi seraya meletakkan jempol dan telunjuknya di dagu. “Sudah deh, bicara saja, Yov,” kata Kael dengan menyungging senyuman di bibirnya. “Oke, aku akan cerita,” kata Yovi. Setelah bertele tele Yovi menceritakan apa yang dia rasakan ke Kael, Yovi merasa lebih lega.
“Aku punya ide!” seru Kael, “kamu kabur saja dari rumah 1 hari, kita lihat mereka khawatir pada kamu atau tidak.” “Hei kamu sudah gila ya?” kata Yovi memberontak, “kalau ada apa apa bagaimana?” kata Yovi. “Ya, kan kamu bisa menginap di rumahku, kita kan sahabat dari kecil,” kata Kael, “kalau kamu dimarahi salahkan aku saja yang tidak berani di rumah sendirian, karena orang tuaku masih mengurus kakekku yang sakit.”
“Ehmm bagaimana ya?” kata Yovi yang sedang kebingungan, “aku mau deh, sekalian menemani kamu hahahaa.” “Gitu dong baru kawanku!” seru Kael. Mereka berdua memang sahabat sejak kecil, tak heran mereka selalu menghabiskan waktu berdua.
“Rumahmu nyaman banget, El,” kata Yovi dengan merebahkan tubuhnya di tempat tidur sebelah tempat tidur Kael. Tempat tidur tersebut memang sengaja dibuat jika ada temannya yang ingin menginap di rumahnya, atau biasa digunakan bundanya digunakan saat menemani Kael sakit.
“Hoammm, El mungkin mama papaku sudah tidak peduli lagi denganku,” kata Yovi setelah melihat handphonenya itu tidak ada dering sama sekali dari orang tuanya. “Udah deh El, aku tidur saja sudah malam ini,” kata Yovi. “Iya Yov, aku juga mau tidur,” kata Kael, “Selamat malam, Yov.” Mereka berdua tertidur pulas.
Keesokan paginya Yovi terbangun, tetapi ada hal aneh yang terjadi. “Hahh! Kok bisa disini?” kata Yovi terkejut sambil mencubit tangannya, “ini bukan mimpi, aku sudah pulang disini diantar siapa?” tanya Yovi pada dirinya sendiri. Tanpa disadari teriakannya itu terdengar oleh orang tuanya yang akan berangkat bekerja. “Yov, sudah bangun?” tanya papa. “Lain kali ijin dahulu ke mama atau papa oke?” kata mamanya. Yovi terdiam kebingugan. “Biar papa ceritakan,” kata papa, “jadi kemarin mama dan papa sebelum pulang kerja dapat laporan dari supir kalau kamu tidak ada di sekolah, lalu mama dan papa langsung pulang dan bergegas mencarimu, memang kami tidak menelepon kamu karena handphonemu tidak aktif, jadi kami pikir malah buang waktu saja kalau kami telepon kamu, nanti keburu terjadi apa-apa, kami teringat temanmu Kael dan kami langsung ke rumahnya dan menanyakan kamu dan ternyata kamu ada di rumahnya, jadi kami langsung membawamu pulang ke rumah, begitulah ceritanya,” cerita papa panjang lebar. Yovi mengerti dan menjawab, “Salah siapa yang tidak mau peduli sama aku dan membuat aku tidak betah di rumah karena kesepian?” kata Yovi yang membuat orang tua Yovi saling berpandangan.
“Yov, maaf kan kami ya jika kamu mengira kami ini tidak peduli, padahal kami kira kamu yang sibuk, memang kita semua saling salah paham ya,” kata mama Yovi tersenyum kecil. Yovi terdiam ia menyadari bahwa ia juga tidak pernah meluangkan waktunya untuk orang tuanya, ia juga langsung tidur, pantas saja orang tuanya mengira dia sibuk. Merekapun tertawa bersama sama diatas kesalahpahaman yang telah terjadi di antara mereka.
Sejak saat itu Yovi sudah jarang pulang lambat, karena orang tuanya pasti menunggunya. Begitu juga dengan orang tua Yovi. Kael pun ikut senang karena ia telah membantu hubungan sahabatnya dengan orang tuanya.
Oleh:
Naura Valda Prameswari
VIII.9/20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar