“ SEBUAH TES
CINTA”
Pada
suatu hari, hiduplah seorang gadis muda yang tinggal bersama orangtuanya. Gadis
tersebut bernama Lisa. Dia sangat cantik, rambutnya hitam dan panjang, kulitnya
putih bersih, dan memiliki mata yang indah. Banyak pemuda yang datang dari jauh
hanya untuk mengajaknya berkencan. Kecantikan Lisa sangat terkenal, banyak
pemuda yang akan muncul didepan pintu rumahnya, mengaku mencintainya dan
memohon untuk diizinkan mengajaknya keluar untuk berkencan, terlebih pada malam hari agar
kencannya terlihat lebih romantis.
Namun,
masalahnya tidak ada pemuda yang bisa berlama-lama dengan Lisa. Sebelum malam
berakhir, para pemuda yang berkencan dengannya selalu melarikan diri dan
berteriak ketakutan. Tak ada satupun dari pemuda-pemuda tersebut yang
berbicara tentang apa yang terjadi dan semuanya menolak bertemu dengan Lisa
lagi. Tidak lama kemudian, para pemuda berhenti datang untuk mengajak Lisa
berkencan dan orangtuanya mulai putus asa, takut putri mereka takkan pernah
memiliki suami.
Akhirnya,
rumor mulai menyebar ke seluruh desa. Orang-orang mulai berpikir ada sesuatu
yang salah dengan Lisa si gadis cantik tersebut. Beberapa orang bertanya-tanya
apakah ia memiliki kepribadian yang mengerikan. Yang lain juga berpendapat
bahwa ia memiliki beberapa jenis cacat mengerikan yang bisa membuat semua
pemuda melarikan diri. Hal ini membuat orangtuanya bingung. Orangtua Lisa tidak
bisa mengerti kenapa banyak pemuda yang takut dengan putri mereka, padahal Lisa
begitu cantik, lembut, dan ceria. Dia juga patuh, rajin, dan tak pernah mengeluh
ketika ibunya meminta untuk melakukan pekerjaan rumah.
Hingga
pada suatu hari, ketika ayahnya di kebun sedang memotong rumput seorang pemuda
datang ke kebun.
“Apa benar ini rumah Lisa Marilyn?” tanya pemuda
tersebut.
“Iya benar, ada apa? kenapa kau kemari?” tanya ayah
Lisa.
“ Saya ingin berkencan dengan putri Anda,” ucap
pemuda tersebut.
Ayah Lisa pun kaget sekaligus senang bukan main.
“Kalau boleh tahu siapa namamu?” tanya ayah Lisa dengan senyum kebahagiaan yang mengembang di wajahnya.
“ Namaku Adrian Bardolf, Anda bisa memanggil saya
Adrian,” jawab pemuda tersebut.
“Baiklah, silakan masuk,” sambut ayah Lisa
bersemangat.
Dengan
senang hati orangtua Lisa memperkenalkan pemuda bernama Adrian itu dengan
putrinya yang cantik. Lisa tampak malu dan tidak berani melihat atau menatap
langsung mata Adrian. Lisa berbicara dengan pelan, suaranya nyaris tidak
terdengar dan setiap kali dia berbicara, wajahnya tersipu malu. Meskipun
demikian, Adrian terkesima dengan kecantikannya dan kemudian mulai mengajaknya berkencan. Lisa pun menerima permintaan kencan tersebut dan
menemani Adrian ke pintu ketika ia akan keluar.
“Jangan sekarang,” bisik Lisa pada Adrian.
“Lalu, kapan kita bisa mulai berkencan?” ujar
Adrian.
“Dengarkan ini jika kau ingin berkencan denganku. Kembalilah
pada tengah malam, tapi jangan mengetuk terlalu keras atau kau akan
membangunkan orangtuaku,” bisik Lisa pada Adrian.
Adrian terkejut mendengar bisikan Lisa tersebut,
namun demi cintanya ia akan melakukannya.
Tengah
malam pun tiba. Adrian datang kembali malam itu dan mengetuk pelan di jendela
kamar Lisa. Jendela dibuka dan Lisa segera turun dengan diam-diam agar
orangtuanya tidak mendengar ataupun mengetahui rencananya.
“Sebelum aku berkencan denganmu, kau harus janji
padaku,” ujar Lisa pada Adrian.
Adrian pun mengangguk penuh semangat.
“Aku ingin kau memenuhi tes cinta, jika kau
berhasil, kau akan lulus tes dan boleh menikah denganku. Berjanjilah, jika kau
gagal tes, jangan pernah memberitahu siapapun tentang apa yang terjadi malam
ini, atau kau akan menerima resikonya,” ucap Lisa sambil tersenyum licik Adrian
hanya mengangguk, ia tidak bisa membayangkan apa yang Lisa pikirkan, tetapi ia
setuju untuk tetap diam dan menyepakati permintaan Lisa tersebut.
Dengan
tangan di dada, Adrian berkata dengan penuh percaya diri, “Aku bersumpah. Aku
tidak akan pernah memberitahu kepada siapapun.”
Mendengar hal tersebut, Lisa tersenyum puas.
“Baiklah.Ikuti aku,” ujar Lisa sambil menarik tangan
Adrian.
“Kemana kita akan pergi?” tanya Adrian kebingungan, tapi Lisa
tidak menjawab.
Malam
itu adalah malam yang gelap dan bulan bersembunyi dibalik lapisan awan, masyarakat
sekitar mengatakan itu adalah malam dimana banyak hantu berkeliaran. Lisa dan
Adrian terus berjalan sambil mendengar suara tak menyenangkan dari anjing
melolong di kejauhan. Mereka menyelinap diam-diam melalui jalan desa yang sepi
sampai mereka tiba di tengah hutan.
Lisa
bergegas menuruni jalan yang gelap, Adrian harus berlari mengikutinya. Jalan
itu berbatasan dengan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi seperti monster.
Akhirnya, mereka sampai di pemakaman tua. Bulan muncul dari balik awan, Adrian
bisa melihat batu nisan tua ditutupi dengan tanaman merambat dan lumut yang
merayap. Lisa berdiri di tepi makam yang sepertinya masih baru. Adrian hanya
melihat sambil mengagumi kecantikan Lisa.
Lisa
mulai mengambil sekop tua berkarat dan mulai menggali, melemparkan gumpalan
tanah dimana-mana. Kemudian, ia berlutut dan mengeruk tanah dengan tangannya
sampai ia menemukan sebuah peti mati. Bayangkan betapa terkejutnya Adrian
ketika melihat Lisa mengangkat tutup peti tersebut, membuka kain putih, dan
merobek lengan mayat yang ada di dalam peti tersebut. Lalu, Lisa mulai
menggigit dan mengunyah lengan mayat tersebut sambil menatap Adrian.
“Ini adalah tes cinta. Jika kau mencintaiku, kau
akan melakukan apapun yang aku lakukan,
kau juga akan makan apapun yang aku makan,” desis Lisa.
Mendengar
hal tersebut Adrian hanya diam dan juga tersenyum penuh misteri. Dan saat itu juga
Lisa merobek lengan mayat yang satunya dan melemparkannya pada Adrian. Tanpa
ragu, Adrian mengambil lengan mayat tersebut dan mulai menggigit serta mengunyahnya.
Adrian terkejut!
Adrian
tidak pernah berpikir kalau daging manusia itu lezat. Tiba-tiba ia menyadari
bahwa ia tidak sedang makan mayat. Ini semua hanya lelucon. Ternyata mayat
tersebut hanyalah mayat permen, terbuat dari gula dan tepung beras.
Lisa
pun tertawa, “Heheh.. kau tahu, semua pemuda yang datang mengajakku kencan
takut dengan ini, kau satu-satunya yang tidak melarikan diri. Aku ingin menikah
dengan pemuda yang berani sepertimu. Sekarang, aku akan menerima cintamu.”
Adrian
tidak tersenyum ia hanya berdiri di sana dalam kegelapan, di tepi makam,
menatap Lisa dengan mata yang penuh kemarahan dan nafsu.
“Apa-apaan ini, mayat ini hanya permen?” geram
Adrian sambil melempar kasar lengan mayat buatan tersebut.
“Padahal kupikir kau sepertiku,” ujar Adrian sambil
menahan emosi.
Saat
itu juga, Adrian meraih sekop dan mulai menggali kuburan lain. Ketika ia
menemukan peti mati, ia membukanya dan mulai melahap mayat di dalamnya.
Kali ini, giliran Lisa yang lari ketakutan sambil
berteriak….
Oleh:
Ananda Savira Tri Octaviani
VIII.9/03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar