TAK
SEINDAH DULU
Seorang
pria bernama Raka sedang mengetuk pintu rumah dan pintunya pun dibukakan. “Loh
Raka, apakah ini kamu?”, ujar seorang pria pemilik rumah tersebut yang bernama
David, “Iya ini aku, sudah lama sekali ya kita tak bertemu, bagaimana kabarmu?”,
kata Raka, “Alhamdulillah aku baik-baik saja dan sehat, mari masuk.”, sahut
David, “Baiklah.”, ujar Raka. Mereka berdua duduk di ruang tamu sambil bercakap
cakap bagai bebek yang kelaparan. “Apa pekerjaanmu sekarang?’, ujar David
kepada Raka, “Aku sekarang memiliki pabrik semen, kalau kamu apa?”, lanjut
Raka, “Ooo, aku hanya sebagai pegawai kantor.”, ujar David, “Aku berkunjung
kesini ingin tahu karena aku kangen sama kampung ini, bolehkah engkau
mengajakku berkeliling kampung ini?”, sahut Raka, “Tentu saja boleh untuk
temanku yang sangat kurindukan ini.”, ujar David. Mereka berdua bergegas keluar
rumah dan mulai berkeliling kampung.
Mereka
berjalan sekitar 100 meter dan David menunjukkan sebuah cafe yang dulunya
sebuah lahan kosong yang ditanami banyak toga. “Mengapa kok berubah menjadi
café begini?”, ujar Raka, “Aku juga tidak tahu karena sudah lama sekali café
ini berdiri.”, ujar David. Juga terlihat anak-anak yang sedang bermain gadget
di dalam café tersebut, di dalam hati Raka dia berpikir bahwa sungguh berubah
kampungnya ini yang dulunya dia bermain petak umpet bersama sekarang melihat
tingkah laku anak-anak yang sungguh kecanduan pada gadget. Sambil melakukan
perjalanan Raka terus berpikir.
Sambil
melihat kanan dan kiri tiba lah mereka di sebuah TPA yang sangat besar dan Raka
pun berkata, “tempat apa ini sepertinya aku dulu kenal?”, “Ini dulu lapangan
yang biasanya tempat kita bermain, kami dan juga perusahaan yang ada di sekitar
sini pada membuang sampah di sini karena sudah tidak ada lagi orang pengangkut
sampah yang biasanya membuangkan sampah kami.”, ujar David. Raka termenung
dengan mirisnya kondisi kampungnya saat ini.
Mereka
terus berjalan hingga akhirnya sampai di tempat dimana yang dulunya merupakan
sawah yang luas menjadi pabrik-pabrik yang besar dan banyak mengeluarkan limbah
dan langsung membuang limbahnya ke sungai tempat mereka mandi saat masih kecil.
David pun menunjukkan lahan sawah terkhir yang masih kosong tetapi, “Ini sawah
yang ada disini, tapi kabarnya akan dibeli oleh sebuah pabrik,”, kata David. Di
dalam hati Raka dia teringat oleh foto yang diberikan oleh pemilik sawah bahwa
sawah ini yang akan dijual kepadanya dan akan dibuat pabrik olehnya.
Matahari
mulai menuju barat mereka kembali ke rumah David dan Raka berpamitan pulang
kepada David. Dia berterimakasih pada David karena telah mengajaknya
berkeliling kampungnya yang telah ditinggalkannya 27 tahun dan banyak perubahan
yang terjadi. Dia bergeas pulang dan menaiki mobilnya.
Di
dalam mobil dia berpikir mengenai perbedaan kampungnya yang dulu dan sekarang,
tempat-tempat terindahnya bersama teman, para anak zaman sekarang, dan sawah
sawah yang sudah berubah semua serta hanya tersisa satu saja sawah yang ada
padahal dia ingin membeli sawah tersebut untuk membuat cabang pabrik yang baru.
Itu semua membuat pikirannya semakin kacau antara pekerjaan dan kampung
halamannya sehingga dia mengalami kecelakaan karena menabrak pohon yang ada di
pinggir jalan. Mobilnya rusak berat, Raka luka parah, dan dia dilarikan ke
rumah sakit oleh warga sekitar insiden kecelakaan tersebut.
Oleh :
Muhammad Zacky Hafiyyan Maulana
VIII.9/18
Kerreen
BalasHapusWooww......����
BalasHapus