"Ringan Namun Tetap Mengandung Pesan"
Aktor :Fajar Nugros, Bayu Skak
Penulis : Bagus Bramanti, Gea Rexy, Bayu Skak
Aktor : Bayu Skak, Cut Meyriska, Brandon Salim, Joshua Suherman
Produksi : Starvision Plus
Genre : Komedi
‘Yowis Ben’ merupakan film yang menjadikan salah satu youtuber asal Malang, Jawa Timur, Bayu Eko Moektito atau yang dikenal dengan nama Bayu Skak sebagai pemeran utamanya. Film ini menggunakan bahasa daerah (Bahasa Jawa) demi mempertahankan autentisitas dan penebalan pada rasa, mengingat latar utamanya di Malang, Jawa Timur. Film ini mulai dirilis pada 22 Februari 2018 silam.
Karakter sentral yang menjadi motor penggerak Yowis Ben adalah siswa SMA bertampang pas-pasan dengan kondisi finansial pas-pasan pula bernama Bayu (Bayu Skak). Bayu bukanlah siswa tenar karena bakat atau pencapaian akademiknya di sekolah. Ia cukup dikenal oleh teman-teman di sekolahnya karena membantu menjajakan pecel buatan ibunya sehingga memiliki panggilan “Pecel Boy”. Statusnya sebagai siswa jelata ini jelas membuatnya kesusahan dalam mendapatkan hati para perempuan, terlebih lagi Bayu mengincar siswi-siswi populer. Saat Bayu jatuh hati kepada Susan (Cut Meyriska) yang merupakan primadona sekolah, Ia memutuskan untuk melakukan perubahan dalam dirinya demi meningkatkan ‘strata sosial’.
Bersama dengan sahabatnya, Doni (Joshua Suherman), yang sedang berusaha mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya, Bayu berinisiatif membentuk band. Dari hasil menyebar pamflet seadanya, dua sahabat ini berhasil merekrut pemukul bedug masjid yang diam-diam memiliki bakat terselubung sebagai drummer, Yayan (Tutus Thomson) dan murid pindahan yang digilai karena tampangnya, Nando (Brandon Salim). Mengusung nama Yowis Ben yang tercetus dari musyawarah berujung pertikaian, band ini mempunyai satu misimisi, yaitu "pembuktian diri". Suatu misi yang ternyata mudah untuk dicapai sampai kemudian cobaan menghadang dalam wujud seorang perempuan yang seketika mengancam keutuhan band.
Dilihat dari sisi gagasan cerita, Yowis Ben tidak menghadirkan sesuatu yang baru. Plotnya mengenai seorang pemuda yang membentuk band demi menaklukkan hati seorang perempuan. Yang lantas memberi keasyikkan tersendiri dalam menyaksikannya.
Yowis Ben memberikan asupan humor yang kental . Dari bagian pembuka, film ini memang sudah tancap gas. Perkenalan kepada sosok Bayu ditempuh dengan cara ngelaba yang sekaligus bertujuan untuk membiasakan penonton kepada tone yang diterapkan oleh film. Bisa dibilang, sepanjang Yowis Ben mengalun di separuh awal durasi, canda tawa adalah menu utamanya. Canda tawanya bersumber dari humor-humor receh yang mungkin sudah menjadi santapan sehari-hari “arek-arek Malang” dan sebagian penonton lainnya. Adanya faktor kedekatan ini memiliki peranan penting terhadap bagaimana humor-humor yang dilontarkan bisa terdengar sangat lucu. Keputusan si pembuat film untuk tetap mempertahankan dialog dalam Bahasa Jawa dengan dialek Malangan harus diakui bukan saja berani tetapi juga tepat guna. Andai dialognya diganti ke Bahasa Indonesia, mungkin guyonannya malah bisa jadi berakhir jayus karena memang tidak semua guyonannya cocok diucapkan dalam Bahasa Indonesia.
Faktor lain yang membuat humor-humor dalam film Yowis Ben tersalurkan dengan baik adalah akting dari para pelakonnya. Baik Bayu Skak, Joshua Suherman, Brandon Salim, serta Tutus Thomson yang kemunculannya senantiasa mencuri perhatian, bermain secara santai. Mereka menghadirkan chemistry lekat sehingga kita dapat memercayai bahwa keempatnya memang memiliki ikatan persahabatan. Dialog diantara sesama mereka yang diselingi kata-kata umpatan terasa amat seru bagi sebagian orang, namun mungkin ada sebagian orang lainnya yang tidak terbiasa dan merasa agak risih mendengarnya. Begitu pula penampilan dari Arief Didu sebagai ‘penasehat spiritual’ Bayu, Erick Estrada sebagai penggemar nomor satu Yowis Ben, dan duo pelawak legendaris Jawa Timur, Cak Kartolo-Cak Sapari, sebagai pelanggan warung pecel yang kian meningkatkan kelucuan film ini. Selain itu film “Yowis Ben” ini juga dilengkapi dengan subtitle Bahasa Indonesia yang komunikatif. Kesan humor yang diberikan di film ini pas dan tidak berlebihan, sehingga pesan utama dari film ini tetap tersampaikan pada penonton. Meskipun didominasi komedi, namun film ini tetap mengandung pesan, yaitu "kesetiakawanan". Sehingga film ini cukup sesuai untuk film keluarga.
Nabila Hasna Rafifah H.
VIII.9/19
Nabila Hasna Rafifah H.
VIII.9/19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar