Daftar Mata Pelajaran

Sabtu, 26 Januari 2019

Tanggapan Novel The Perfect Life Karya Esa Khairina


Judul novel   : The Perfect Life
Pengarang     : Esa Khairina Husein
Penerbit        : DAR! Mizan
Kota terbit    : Bandung
Tahun terbit  : 2016
Tebal buku   : 179 halaman
                     Bagi para pecinta buku serial horror, pasti sudah tidak asing lagi mendengar nama Esa Khairina Husein. Penulis muda yang telah berhasil menerbitkan tiga buku horror ringan yang dinaungi oleh Fantasteen sejak tahun 2015 lalu. Sebelumnya, Esa pernah menerbitkan satu novel remaja yang dinaungi Pink Berry Club tahun 2012. Namun, setelahnya ia berbalik haluan  menjadi seorang penulis nover horror. Pada tahun 2016, Esa memberikan kejutan pagi para pecinta novel. Esa kembali menerbitkan novelnya dalam naungan Pink Berry Club yang bergenre drama serta dierstai bumbu-bumbu khas kisah kasih remaja. Karyanya yang satu ini diberi judul
                     Novel ini memuat tentang lika-liku kehidupan remaja antara karir, mimpi, kasih sayang, cinta, persahabatan, dan perjuangan. Pengarang berusaha untuk mengajak pembaca berpikir mengenai hal-hal pokok yang menjadi manis pahitnya   kehidupan remaja. Hanya karir, uang, dan kekayaan tidaklah cukup untuk menggantikan kedua hal ini, cinta dan kasih sayang.
                     Nama aslinya  Nadira  Maghviratu Annida. Jika ditanya apa pandangan orang lain terhadapnya, jawabannya adalah orang-orang di sekitarnya hanya memandang dia sebagai anak pendiam yang sama sekali tidak bisa berteman dengan mudah. Mereka tidak tahu siapa “sebenarnya” Nadira itu. Nadira atau ya bisa dipanggil Dira, menggunakan tiga topeng dalam kehidupannya.
                     Vira Annida, siapa yang tidak kenal dengan penyanyi sekaligus model remaja yang anggun, multitalenta, ramah, supel kepada semua orang dan sedang naik daun itu. Vira Annida yang dikenal publik itu selalu berhasil memukau di setiap penampilannya. Yang menjadi ciri khasnya yaitu topeng ungu berhiasakan bunga anggrek sintetis di pinggirnya. Itu topeng yang pertama.
                     Si Nomor 7 yang selalu menang di arena anggar bersama pedang kebanggaannya namun tidak pernah sekalipun membuka topengnya di depan publik. Si Nomor 7 yang selalu memberikan trik jitu kepada penggemarnya dalam bermain anggar. Si Nomor 7 yang tangguh dan tak kenal lelah jika berada di arena anggar. Baginya, No anggar, No life. Itu topeng yang kedua
                     Nadira yang selalu diam di sekolahnya, bermuka datar., dan “tak punya” sahabat. Dibalik diamnnya Nadira, ia menyimpan kerinduan untuk berkumpul bersama Mama dan Papanya, dan mempunyai sahabat baik tentunya. Namun semua itu ia tutupi dengan satu kata, diam. Itu topengnya yang ketiga.
                     Nadira terkadang lelah dengan berbagai macam topeng hidupnya. Temannya   bahkan tidak menyadari bahwa dia adalah Vira dan Si Nomor 7. Padahal mereka sering  membicarakan mengenai dua tokoh itu. Menurut Nadira, mereka itu orang munafik.  Di rumah, Ia merasan kesepian, sangat malahan. Orang tuanya pergi pagi pulang dini hari untuk mencari nafkah. Dunia keartisannya dan dunia anggarnya cukup membuatnya kewalahan setiap harinya. Melalui pertukaran pelajar ke Pulau Selayar ini, Nadira yakin ia akan menemukan kehidupan yang berbeda tanpa Vira Annida, Si Nomor 7, dan Nadira yang kesepian.
                     Di Pulau Selayar, Nadira tinggal di rumah seorang sukarelawan. Namanya Bu Mufidah. Nadira diminta untu memanggil beliau Ibu. Bu Mufidah  mempunyai anak kembar, Fajri dan Rifki. Hari pertama di rumah panggung sederhana itu dimuali dengan keributan yang dibuat oleh Fajri dan Nadira. Fajri memang tidak pernah memfilter jika berbicara. Alhasil, Nadira dan Fajri pun bertengkar. Berbeda lagi dengan Rifki. Dia anak yang sopan, dan juga supel. Karenanya Nadira lebih berpihak pada Rifki.  Di rumah panggung sederhana itu, Nadira merasa hangat. Walau ada pertengkaran kecil antara dia dan Fajri, tapi menurutnya itu lebih baik daripada kehidupannya di Jakarta yang hanya ditemani sepi.
                     Di sana, Nadira bersekolah di SMPN 107, Desa Munjo tepatnya di kelas 8-3 . Sekolah yang sama dengan Rifki dan Fajri. Dan sudah bisa ditebak, Fajri akan mengomel terus karena harus bersekolah, bahkan duduk sebangku bersama Nadira. Rifki hanya tersenyum bahkan sesekali tertawa melihatnya. Di hari pertama sekolah, NAdira mendapat teman baru yang notabene adalah teman dekat Fajri dan Rifki . Namanya Alifa, dia duduk sebangku dengan Rifki. Tak butuh waktu lama mereka berempat menjadi dekat.
                     Bagi-bagi buta, Nadira terbangun karena terganggu oleh mimpi konyolnya bersama ehem, Fajri. Nadira memutuskanuntuk sholat subuh terlebih dahulu. Setelahnya, tanpa sengaja Nadira melihat Fajri dan Rifki mengendap-endap layaknya seekor kucing yang takut ketahuan. Karena kepo, Nadira pun segera bertanya pada mereka. Awalnya FAjri menolak memberitahu, namun karena ancaman  dari Nadira bahwa ia akan memberitahukan hal ini kepada Ibu mereka, mau tak mau mereka mengajak Nadira ke “tempat” itu.
                     Isle of Sunrise namanya. Fajri yang menemukan  dan memberikan julukan kepada karya Tuhan yang luar biasa indah itu.  Pasir putih dan deburan ombak yang tenang membuat siapapun pasti merasa relax.Nadira yang notabene adalah anak kota tentu saja sangat terkesima dengan Isle of Sunrise, Tak peduli Fajri yang mengoloknya lebay, Nadira berteriak dan berlari penuh semangat. Rifki menjelaskan bahwa mereka selalu ke sini ketika weekend untuk melihat sunrise. Sedangkan Fajri berkata jika mereka mempunyai masalah atau sedang stress, di sinilah mereka akan berada.
                     Suatu hari Rifki menaruh curiga kepada identitas Nadira. Hal ini dimuali dari ketidaksengajaan  Rifki melihat foto dalam dompet Nadira. Rifki membandingkan foto Vira Annida dan foto Nadira. Mereka terlihat sangat mirip. Hanya berbeda potongan rambut, warna rambut, dan perbedaan kecil lainnya. Tiba-tiba, Fajri datang dan menuduh Rifki menyukai Nadira karena sembarangan masuk ke kamar Nadira.
                     Tak lama kemudian, Nadira pulang dengan membawa sepeda Fajri lengkap dengan stank dan gir yang rusak. Padahal Fajri harus menabung selama dua tahun lebih dulu untuk membelinya. Tak salah memang jika saat ini Fajri sedang sangat marah. Mereka terlibat cekcok yang panas, saling membandingkan kehidupan mereka. Fajri yang emosi melemper pedang anggar Nadira sehingga patah. Nadira pun marah besar sama seperti Fajri. Nadira memustuskan untuk pergi ke Isle of Sunrise. Rifki berusaha menenangkan Fajri. Setelahnya, ia pergi menemui Nadira, ia tahu tempat apa yang dituju Nadira. Di sana, ia menanyakan mengenai Vira Annida dan Si Nomor 7. Awalnya Nadira enggan, namun akhirnya ia memberitahu dengan syarat ini akan menjadi rahasia mereka. Lalu Rifki melanjutkan perbincangan dengan memberi penjelasan mengenai amukan Fajri tadi. Di perjalanan pulang, mereka menemukan Fajri berada di rumah Alifa sedang bercakap sesuatu. Nadira  pun langsung menghampiri Fajri dan meminta maaf. Begitu pula dengan Fajri.
                     Beberapa hari kemudian, Bu Mufidah divonis menderita penyakit usus buntu dan harus segera dioperasi, Biaya yang dibadrol sangat mahal. Nadira menawarkan bantuan dengan menggunakan kartu debitnya. Namun Fajri dan Rifki menolakkarena mereka tidak mau merepotkan Nadira. Akhirnya mereka memutuskan untuk bekerja dan menitipkan Bu Mufidah pada Alifa. Tak disangka, saat Rifki berpencar sendiri, ia ditawari pekerjaan dengan bayaran yang fantastis. Ia diminta untuk memata-matai keseharian Vira Annida-Nadira.
                     Beberapa hari kemudian, Rifki pulang dengan membawa banyak uang untuk opersai Ibunya. Namun, disaat itu juga, para wartawan menyerbu rumah mereka. Nadira kagetdan merasa dikhianati setelah Rifki menjelaskan yang sebenarnya. Fajri marah besar kepada Rifki dan meminta pertanggungjawabannya. Rifki keluar dan menjelaskan bahwa Nadira adalah adiknya. Setelah semua selesai dan Ibu Mufidah telah dioperasi, hubungan mereka kembali membaik. Nadira merasa memiliki seorang kakak. Nadira sangat bersyukur.
                     Karena persediaan uang menipis, Nadira memutuskan untuk pergi bekerja secara diam-diam. Tanpa sengaja ia terpeleset di pantai saat mencari kerang. Kakinya memar dan harus segera di perban, Esoknya setelah pulang sekolah, Faqri , Rifki, dan Nadira terlibat cekcok dengan Alifa. Alifa tiba-tiba langsung berkata bahwa Nadira Merebut semuanya. Ia merebut perhatian Fajri dan Rifki dari Alifa, kasih saying Bu Mufidah, dan perhatian gurunya. Alifa lalu mendorong Nadira dan Nadira jatuh ke jurang. Untung ia masih  bisa berpegangn pada tangan Fajri,Fajri dan Rifki berusaha menolong Nadira. Fajri berkata bahwa ia lebih baik jatuh bersama Nadira daripada hanya Nadira yang jatuh. Ia akan selalu bersama Nadira, ehem. Setelahnya, tekad Nadira untuk selamat bertambah, Rifki dan Fajri berhasil menyelamatkan Nadira. Alifa pun meminta maaf dan menyesali perbuatannya. Mereka berempat  bersahabat kembali.
                     Besok Nadira harus kembali ke Jakarta, tentu ia sangat sedih. Di saat seperti ini, Fajri muncul di dekatnya.Ia menceritakan pada Fajri mengapa ia murung. Fajri berkata bahwa semua orang di Jakarta sebenarnya peduli, mungkin Nadira yang memandangnya dari sisi lain.Fajri juga berkata, tidak apa-apa untuk kembali sekarang dan mengejar mimpi Nadira. Setelahnya, Nadira bisa kembali ke Selayar, tumbuh dewasa di sana, dan mempunya I anak di sana. Fajri juga berkata, bahwa Nadira mempunyai hidup yang sempurna. Nadira baru menyadari hal itu. Dan ia berjanji akan kembali ke Selayar setelah sukses nanti.
                     Novel karya Esa yang satu ini memang sangat unik dan menarik. Dimulai dari cover bukunya yang indah membuat orang yang baru melihatnya saja sudah  tertarik untuk membacanya. Sinopsis yang dicantumkan juga membuat orang memiliki minat lebih pada buku ini. Gaya bahasa yang digunakan juga sangat mudah dipahami semua kalangan.
                     Novel ini mempunyai banyak sekali amanat di dalamnya. Buku ini mengajarkan bagaimana kita harus melihat kepedulian orang lain dari sisi yang benar. Lewat novel ini juga, kita tahu apa arti dari cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Melalui kehidupan Nadira, kita tahu bahwa uang dan karir yang tinggi tidak bisa menggantikan kebahagian dan kehangatan dalam kehidupan . Melalui kerja keras Fajri dan Rifki kita tahu bahwa semua mimpi yang kita harapkan membutuhkan usaha . Kerja keras, niat, dan doa adalah kuncinya.  Melalui kehidupan Bu Mufidah, kita tahu bahwa kesederhanaan itu menyenangkan. Melalui Alifa kita tahu bahwa sahabat akan selamanya saling mendukung, bukan menjatuhkan.Melalui hubungan Nadira, Fajri, dan Rifki, mengajarkan ketulusan dan kepercayaan adalah hal yang utama.  Melalui hubungan Nadira dan Fajri, kita tahu bahwa pertengkaran kecil membawa kita semakin kepada hubungan yang lebih dekat serta mengajarkan bahwa suka tidak harus memiliki.
                     Melalui pengalaman Esa semasa remajanya dulu, Esa menyuguhkan ceritanya yang dikemas dalam bahasa yang lugas dan alur cerita yang menarik. Apa yang diceritakan Esa dalam kisah ini sangat cocok implementasinya di kalangan remaja masa kini.Konflik-konflik yang disuguhkan juga sangat sesuai. Cerita ini juga membuat perasaan pembaca terombang-ambing di setiap konfliknya. Tegang, terharu, dan rasa lainnya dibubuhkan dengan porsi yang pas dalam cerita ini.
                     Bagi pecinta buku bergenre drama, buku ini sangat cocok untuk dibaca. Terutama para remaja yang sedang dimabuk oleh cinta, yang sedang dilanda masalah, atau merasa kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Melalui buku ini pengarang ingin menyampaikan satu hal bahwa hidupmu sempurna sebagaimana kamu adanya.

Nama            : Atya Danastri Masantika
Kelas/ABS   : VIII.9 / 05

                    
                    
                    
                    
                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar