Judul
novel : The Perfect Life
Pengarang : Esa Khairina Husein
Penerbit
: DAR! Mizan
Kota
terbit : Bandung
Tahun
terbit : 2016
Tebal
buku : 179 halaman
Bagi
para pecinta buku serial horror, pasti sudah tidak asing lagi mendengar nama
Esa Khairina Husein. Penulis muda yang telah berhasil menerbitkan tiga buku
horror ringan yang dinaungi oleh Fantasteen
sejak tahun 2015 lalu. Sebelumnya, Esa pernah menerbitkan satu novel remaja
yang dinaungi Pink Berry Club tahun
2012. Namun, setelahnya ia berbalik haluan
menjadi seorang penulis nover horror. Pada tahun 2016, Esa memberikan
kejutan pagi para pecinta novel. Esa kembali menerbitkan novelnya dalam naungan
Pink Berry Club yang bergenre drama
serta dierstai bumbu-bumbu khas kisah kasih remaja. Karyanya yang satu ini
diberi judul
Novel
ini memuat tentang lika-liku kehidupan remaja antara karir, mimpi, kasih
sayang, cinta, persahabatan, dan perjuangan. Pengarang berusaha untuk mengajak
pembaca berpikir mengenai hal-hal pokok yang menjadi manis pahitnya kehidupan
remaja. Hanya karir, uang, dan kekayaan tidaklah cukup untuk menggantikan kedua
hal ini, cinta dan kasih sayang.
Nama
aslinya Nadira Maghviratu Annida. Jika ditanya apa pandangan
orang lain terhadapnya, jawabannya adalah orang-orang di sekitarnya hanya
memandang dia sebagai anak pendiam yang sama sekali tidak bisa berteman dengan
mudah. Mereka tidak tahu siapa “sebenarnya” Nadira itu. Nadira atau ya bisa
dipanggil Dira, menggunakan tiga topeng dalam kehidupannya.
Vira
Annida, siapa yang tidak kenal dengan penyanyi sekaligus model remaja yang
anggun, multitalenta, ramah, supel kepada semua orang dan sedang naik daun itu.
Vira Annida yang dikenal publik itu selalu berhasil memukau di setiap
penampilannya. Yang menjadi ciri khasnya yaitu topeng ungu berhiasakan bunga
anggrek sintetis di pinggirnya. Itu topeng yang pertama.
Si
Nomor 7 yang selalu menang di arena anggar bersama pedang kebanggaannya namun
tidak pernah sekalipun membuka topengnya di depan publik. Si Nomor 7 yang
selalu memberikan trik jitu kepada penggemarnya dalam bermain anggar. Si Nomor
7 yang tangguh dan tak kenal lelah jika berada di arena anggar. Baginya, No anggar, No life. Itu topeng yang
kedua
Nadira
yang selalu diam di sekolahnya, bermuka datar., dan “tak punya” sahabat.
Dibalik diamnnya Nadira, ia menyimpan kerinduan untuk berkumpul bersama Mama
dan Papanya, dan mempunyai sahabat baik tentunya. Namun semua itu ia tutupi
dengan satu kata, diam. Itu topengnya yang ketiga.
Nadira
terkadang lelah dengan berbagai macam topeng hidupnya. Temannya bahkan tidak menyadari bahwa dia adalah Vira
dan Si Nomor 7. Padahal mereka sering
membicarakan mengenai dua tokoh itu. Menurut Nadira, mereka itu orang
munafik. Di rumah, Ia merasan kesepian,
sangat malahan. Orang tuanya pergi pagi pulang dini hari untuk mencari nafkah.
Dunia keartisannya dan dunia anggarnya cukup membuatnya kewalahan setiap
harinya. Melalui pertukaran pelajar ke Pulau Selayar ini, Nadira yakin ia akan
menemukan kehidupan yang berbeda tanpa Vira Annida, Si Nomor 7, dan Nadira yang
kesepian.
Di
Pulau Selayar, Nadira tinggal di rumah seorang sukarelawan. Namanya Bu Mufidah.
Nadira diminta untu memanggil beliau Ibu. Bu Mufidah mempunyai anak kembar, Fajri dan Rifki. Hari
pertama di rumah panggung sederhana itu dimuali dengan keributan yang dibuat
oleh Fajri dan Nadira. Fajri memang tidak pernah memfilter jika berbicara.
Alhasil, Nadira dan Fajri pun bertengkar. Berbeda lagi dengan Rifki. Dia anak
yang sopan, dan juga supel. Karenanya Nadira lebih berpihak pada Rifki. Di rumah panggung sederhana itu, Nadira merasa
hangat. Walau ada pertengkaran kecil antara dia dan Fajri, tapi menurutnya itu
lebih baik daripada kehidupannya di Jakarta yang hanya ditemani sepi.
Di
sana, Nadira bersekolah di SMPN 107, Desa Munjo tepatnya di kelas 8-3 . Sekolah
yang sama dengan Rifki dan Fajri. Dan sudah bisa ditebak, Fajri akan mengomel
terus karena harus bersekolah, bahkan duduk sebangku bersama Nadira. Rifki
hanya tersenyum bahkan sesekali tertawa melihatnya. Di hari pertama sekolah,
NAdira mendapat teman baru yang notabene adalah teman dekat Fajri dan Rifki .
Namanya Alifa, dia duduk sebangku dengan Rifki. Tak butuh waktu lama mereka
berempat menjadi dekat.
Bagi-bagi
buta, Nadira terbangun karena terganggu oleh mimpi konyolnya bersama ehem,
Fajri. Nadira memutuskanuntuk sholat subuh terlebih dahulu. Setelahnya, tanpa
sengaja Nadira melihat Fajri dan Rifki mengendap-endap layaknya seekor kucing
yang takut ketahuan. Karena kepo, Nadira pun segera bertanya pada mereka.
Awalnya FAjri menolak memberitahu, namun karena ancaman dari Nadira bahwa ia akan memberitahukan hal
ini kepada Ibu mereka, mau tak mau mereka mengajak Nadira ke “tempat” itu.
Isle of Sunrise namanya. Fajri yang menemukan dan memberikan julukan kepada karya Tuhan
yang luar biasa indah itu. Pasir putih
dan deburan ombak yang tenang membuat siapapun pasti merasa relax.Nadira yang notabene adalah anak
kota tentu saja sangat terkesima dengan Isle
of Sunrise, Tak peduli Fajri yang mengoloknya lebay, Nadira berteriak dan
berlari penuh semangat. Rifki menjelaskan bahwa mereka selalu ke sini ketika weekend untuk melihat sunrise. Sedangkan Fajri berkata jika
mereka mempunyai masalah atau sedang stress, di sinilah mereka akan berada.
Suatu
hari Rifki menaruh curiga kepada identitas Nadira. Hal ini dimuali dari
ketidaksengajaan Rifki melihat foto
dalam dompet Nadira. Rifki membandingkan foto Vira Annida dan foto Nadira.
Mereka terlihat sangat mirip. Hanya berbeda potongan rambut, warna rambut, dan
perbedaan kecil lainnya. Tiba-tiba, Fajri datang dan menuduh Rifki menyukai
Nadira karena sembarangan masuk ke kamar Nadira.
Tak
lama kemudian, Nadira pulang dengan membawa sepeda Fajri lengkap dengan stank
dan gir yang rusak. Padahal Fajri harus menabung selama dua tahun lebih dulu
untuk membelinya. Tak salah memang jika saat ini Fajri sedang sangat marah.
Mereka terlibat cekcok yang panas, saling membandingkan kehidupan mereka. Fajri
yang emosi melemper pedang anggar Nadira sehingga patah. Nadira pun marah besar
sama seperti Fajri. Nadira memustuskan untuk pergi ke Isle of Sunrise. Rifki
berusaha menenangkan Fajri. Setelahnya, ia pergi menemui Nadira, ia tahu tempat
apa yang dituju Nadira. Di sana, ia menanyakan mengenai Vira Annida dan Si
Nomor 7. Awalnya Nadira enggan, namun akhirnya ia memberitahu dengan syarat ini
akan menjadi rahasia mereka. Lalu Rifki melanjutkan perbincangan dengan memberi
penjelasan mengenai amukan Fajri tadi. Di perjalanan pulang, mereka menemukan
Fajri berada di rumah Alifa sedang bercakap sesuatu. Nadira pun langsung menghampiri Fajri dan meminta
maaf. Begitu pula dengan Fajri.
Beberapa
hari kemudian, Bu Mufidah divonis menderita penyakit usus buntu dan harus
segera dioperasi, Biaya yang dibadrol sangat mahal. Nadira menawarkan bantuan
dengan menggunakan kartu debitnya. Namun Fajri dan Rifki menolakkarena mereka
tidak mau merepotkan Nadira. Akhirnya mereka memutuskan untuk bekerja dan
menitipkan Bu Mufidah pada Alifa. Tak disangka, saat Rifki berpencar sendiri,
ia ditawari pekerjaan dengan bayaran yang fantastis. Ia diminta untuk
memata-matai keseharian Vira Annida-Nadira.
Beberapa
hari kemudian, Rifki pulang dengan membawa banyak uang untuk opersai Ibunya.
Namun, disaat itu juga, para wartawan menyerbu rumah mereka. Nadira kagetdan
merasa dikhianati setelah Rifki menjelaskan yang sebenarnya. Fajri marah besar
kepada Rifki dan meminta pertanggungjawabannya. Rifki keluar dan menjelaskan
bahwa Nadira adalah adiknya. Setelah semua selesai dan Ibu Mufidah telah
dioperasi, hubungan mereka kembali membaik. Nadira merasa memiliki seorang
kakak. Nadira sangat bersyukur.
Karena
persediaan uang menipis, Nadira memutuskan untuk pergi bekerja secara
diam-diam. Tanpa sengaja ia terpeleset di pantai saat mencari kerang. Kakinya
memar dan harus segera di perban, Esoknya setelah pulang sekolah, Faqri ,
Rifki, dan Nadira terlibat cekcok dengan Alifa. Alifa tiba-tiba langsung
berkata bahwa Nadira Merebut semuanya. Ia merebut perhatian Fajri dan Rifki
dari Alifa, kasih saying Bu Mufidah, dan perhatian gurunya. Alifa lalu
mendorong Nadira dan Nadira jatuh ke jurang. Untung ia masih bisa berpegangn pada tangan Fajri,Fajri dan
Rifki berusaha menolong Nadira. Fajri berkata bahwa ia lebih baik jatuh bersama
Nadira daripada hanya Nadira yang jatuh. Ia akan selalu bersama Nadira, ehem.
Setelahnya, tekad Nadira untuk selamat bertambah, Rifki dan Fajri berhasil
menyelamatkan Nadira. Alifa pun meminta maaf dan menyesali perbuatannya. Mereka
berempat bersahabat kembali.
Besok
Nadira harus kembali ke Jakarta, tentu ia sangat sedih. Di saat seperti ini,
Fajri muncul di dekatnya.Ia menceritakan pada Fajri mengapa ia murung. Fajri
berkata bahwa semua orang di Jakarta sebenarnya peduli, mungkin Nadira yang
memandangnya dari sisi lain.Fajri juga berkata, tidak apa-apa untuk kembali
sekarang dan mengejar mimpi Nadira. Setelahnya, Nadira bisa kembali ke Selayar,
tumbuh dewasa di sana, dan mempunya I anak di sana. Fajri juga berkata, bahwa
Nadira mempunyai hidup yang sempurna. Nadira baru menyadari hal itu. Dan ia
berjanji akan kembali ke Selayar setelah sukses nanti.
Novel
karya Esa yang satu ini memang sangat unik dan menarik. Dimulai dari cover
bukunya yang indah membuat orang yang baru melihatnya saja sudah tertarik untuk membacanya. Sinopsis yang
dicantumkan juga membuat orang memiliki minat lebih pada buku ini. Gaya bahasa
yang digunakan juga sangat mudah dipahami semua kalangan.
Novel
ini mempunyai banyak sekali amanat di dalamnya. Buku ini mengajarkan bagaimana
kita harus melihat kepedulian orang lain dari sisi yang benar. Lewat novel ini
juga, kita tahu apa arti dari cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Melalui
kehidupan Nadira, kita tahu bahwa uang dan karir yang tinggi tidak bisa
menggantikan kebahagian dan kehangatan dalam kehidupan . Melalui kerja keras
Fajri dan Rifki kita tahu bahwa semua mimpi yang kita harapkan membutuhkan
usaha . Kerja keras, niat, dan doa adalah kuncinya. Melalui kehidupan Bu Mufidah, kita tahu bahwa
kesederhanaan itu menyenangkan. Melalui Alifa kita tahu bahwa sahabat akan
selamanya saling mendukung, bukan menjatuhkan.Melalui hubungan Nadira, Fajri,
dan Rifki, mengajarkan ketulusan dan kepercayaan adalah hal yang utama. Melalui hubungan Nadira dan Fajri, kita tahu
bahwa pertengkaran kecil membawa kita semakin kepada hubungan yang lebih dekat
serta mengajarkan bahwa suka tidak harus memiliki.
Melalui
pengalaman Esa semasa remajanya dulu, Esa menyuguhkan ceritanya yang dikemas
dalam bahasa yang lugas dan alur cerita yang menarik. Apa yang diceritakan Esa
dalam kisah ini sangat cocok implementasinya di kalangan remaja masa
kini.Konflik-konflik yang disuguhkan juga sangat sesuai. Cerita ini juga
membuat perasaan pembaca terombang-ambing di setiap konfliknya. Tegang,
terharu, dan rasa lainnya dibubuhkan dengan porsi yang pas dalam cerita ini.
Bagi
pecinta buku bergenre drama, buku ini sangat cocok untuk dibaca. Terutama para
remaja yang sedang dimabuk oleh cinta, yang sedang dilanda masalah, atau merasa
kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Melalui buku ini pengarang ingin
menyampaikan satu hal bahwa hidupmu sempurna sebagaimana kamu adanya.
Nama :
Atya Danastri Masantika
Kelas/ABS :
VIII.9 / 05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar