Daftar Mata Pelajaran

Senin, 14 Januari 2019

Pesan Terakhir

Tepat pukul 23.00 WIB saat aku, mamaku, kakakku dan papaku tiba di rumah sepulang berlibur. Jalanan begitu macet hingga perjalanan yang biasanya dapat ditempuh dalam waktu 3 jam harus kami tempuh dalam waktu 6 jam. Begitu sampai, aku dan kakakku segera berganti pakaian dan tidur. Kedua orang tuaku sedang menata barang-barang kami saat terdengar suara gembok beradu di pagar rumah. Karena penasaran, papaku berjalan ke pagar rumah dan mendapati seorang sekuriti berdiri disana.
“Pak Budi? Ada apa pak?” Tanya papaku.
“Malam pak, maaf malam-malam begini mengganggu,” ucapnya, “saya hanya mau mengingatkan agar rumahnya dijaga baik-baik. Kemarin saya melihat pagar rumahnya terbuka, saya khawatir terjadi apa-apa.”
“Iya, pak. Kemarin saya sekeluarga memang terburu-buru. Kami hampir ketinggalan flight.Tapi saya sudah mengunci rumah, dan saya juga menyuruh pembantu saya menjaga rumah,” Kata papaku.
“Oh begitu. Ya sudah pak, saya hanya khawatir,” Ucapnya.
“Terima kasih pak sudah diingatkan,” Kata papaku.
“Oh iya pak, saya juga ijin mau pamit mau pergi, pak,” Ujar Pak Budi.
“Mau pergi ke mana pak? Kelihatannya bapak juga kurang sehat wajahnya tampak pucat,” Tanya papaku.
“Mau pergi ke tempt lain pak. Ini kayaknya karena akhir-akhir ini cuacanya dingin, jadi sepertinya saya masuk angin,” ucapnya lagi.
“Oh begitu pak. Ya sudah ini ada sangu, buat beli obat sama kopi,” Kata papaku sambil mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dompetnya.
“Terima kasih banyak pak, kalau begitu saya ijin mau pergi dulu, selamat malam.” Kata Pak Budi sambil menerma uang tersebut.
“Ya sudah, pak. Selamat malam,” Ucap papaku. Kemudian papaku berjalan kembali ke rumah.
Mamaku yang masih menata barang bertanya, “Siapa, pa?”
“Pak Budi. Tadi, dia bilang kalau dia khawatir rumah kita pagarnya kebuka. Tapi aku sudah bilang kalau ada pembantu yang njaga rumah,” Jawab papaku. Mamaku hanya berooh-ria mendengar jawban papaku.
Keesokan harinya kami bersiap untuk berangkat ke salah satu tempat wisata. Aku bertanya pada papaku, karena kemarin samar-samar aku mendengar suara gembok beradu. Kemudian papaku menjelaskan kejadian Pak Budi yang datang kemarin. Kami merasa beruntung Pak Budi menjaga rumah kami, dan tidak terjadi apa-apa. Setelah semuanya siap, kamipun berangkat dengan mobil.
Saat melewati pos sekuriti kami tak melihat Pak Budi di sana. Malah Pak Tono yang membukakan portal.
“Mari, Pak,” Ujar Pak Tono sambil membukakan portal.
“Mari, Pak Budi mana ya? Sepertinya tidak kelihatan? Apa sudah ganti shift?” Tanya papaku melalui jendela mobil.
“Eh? Pak Budi? Beliau sudah meninggal 3 hari yang lalu saat bapak sekeluarga berlibur. Oh ya, waktu hari terakhir kerja sebelum belau meninggal, beliau bilang sama saya kalau tolong rumah bapak dijaga, takut terjadi hal buruk,” Cerocosnya. Kami berempat terdiam mendengarnya. Kurasakan bulu kudukku berdiri.
 “Tapi kenapa tiba-tiba bapak bertanya tentang Pak Budi? Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya Pak Tono ketika melihat lawan bicaranya diam tak berkutik.
“Oh tidak pa, tidak ada apa-apa. Kami sekeluarga turut berbela sungkawa. Semoga beliau tenang di sana, ya sudah pak, mari,” Kata papaku ketika tersadar. Papaku langsung menjalankan mobil meninggakan perumahan menuju tempat wisata.
Selama perjalanan, diam menjalari mobil kami. Tak ada yang bersuara, tak ada yang memulai percakapan, semua bingung bagaimana harus berekspresi. Kami memilih diam tenggelam dalam pikiran masing-masing. Entah apa yang terjadi kemarin, tapi kuucapkan terma kasih pada Pak Budi karena telah menjaga rumah kami, dan kuharap beliau tenang di sana.

Oleh
Nama: Dianeera Mahadewi
Kelas: VIII.9
No: 09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar