Daftar Mata Pelajaran

Selasa, 18 September 2018

PRAMOEDYA ANANTA TOER DARI DEKAT SEKALI, CATATAN PRIBADI DARI KOESALAH SOEBAGYO TOER

Judul                : Pramoedya Ananta Toer dari dekat sekali
Pengarang        : Koesalah Soebagyo Toer
Penerbit            : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun terbit      : Cetakan pertama, juli 2006
Tebal halaman  : XVI, 266 halaman

Novel ini adalah salah satu dari beberapa karya Koesalah Soebagyo Toer, novel yang menceritakan tentang kehidupan sang Maestro Indonesia yaitu Pramoedya Ananta Toer. Novel ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta seni yaitu sastra, karena novel ini bercerita tentang Pramoedya Ananta Toer yang namanya dikenal banyak orang melalui karya karyanya yang sangat bagus. Novel yang menceritakan tentang Pramoedya Ananta Toer ini memiliki 3bagian, yaitu bagian yang pertama menceritakan Pramoedya A. Toer pada tahun 1981-1986, lalu bagian yang kedua menceritakan pada tahun 1987-1992, dan yang terakhir bagian ke tiga, yaitu tahun 1992-2006.
Pada bagian pertama, menceritakan tentang Pramoedya Ananta Toer yang menceritakan rasa sakitnya dan beliau menceritakan bahwa dia bisa 8kali tidur dalam sehari, saat akan diantar ke dokter, PAT selalu menolak, karena beliau tidak mau, dan beliau merasa bisa mengobati dirinya sendiri, lalu pada bulan juli 1983 saat lebaran, beliau bersama keluarganya yang kebetulan ada di Jakarta, beliau bersama keluarganya berlebaran bersama, dan beliau juga mengeluhkan manusia yang ada di Jakarta pada saat itu. Kemudian beliau mengurus surat-surat tanah yang diwariskan oleh bapaknya beserta sekolahnya, lalu berbincang bincang dengan Koesalah Soebagyo Toer. Sampai dengan saat wartawan Jepang menelponnya untuk mengusulkan menjadi calon Asia untuk Nobel.
Pada bagian kedua, bercerita tentang beliau yang mengidap diabetes dan berat badannya turun hingga 12 kg, lalu Koesalah Soebagyo Toer memberitahu untuk diberi daun salam secara teratur, tetapi beliau membantah karena berpendapat bahwa pankreas yang bocor tidak bisa ditambal dengan obat, lalu pada 21 Mei 1987 beliau mengeluhkan beberapa menjadi beban baginya, yaitu yang pertama adalah masalah ekonomi pada keluarganya, lalu anak anaknya, dan yang terakhir adalah umurnya yang sudah menginjak usia tua, jadi tidak bisa bekerja sekuat saat dulu masih muda, lalu ada suatu momen saat Koesalah Soebagyo Toer menyarankan Pramoedya Ananta Toer untuk mengobati diabetesnya dengan cara yang tradisional, yaitu pergi ke dukun, tapi Pramoedya Ananta Toer tidak mau dan menyepelekannya, karena menganggap diabetes itu bukan penyakit dan tidak ada obatnya, tetapi diabetes adalah kebocoran, dan kebocoran tidak ada obatnya.
Pada bagian yang ketiga, ada suatu momen saat Pramoedya Ananta Toer menjenguk bapaknya, saat itu juga Koesalah Soebagyo Toer pertama kali melihat beliau merokok, dan jari jari Pramoedya Ananta Toer sampai mencoklat, perjalanan penuh tekad untuk menjenguk bapaknya yang sudah sangat sakit keras, dan itu tertulis dalam novel beliau yang berjudul "bukan pasar malam", yang setiap Koesalah Soebagyo Toer membacanya tidak dapat membendung air matanya karena ia lah yang menjadi saksi saat bapaknya menghembuskan nafas terakhirnya.
Novel ini menceritakan tentang perjalanan seorang Pramoedya Ananta Toer dari semasa hidupnya hingga akhir hayatnya, disini Pramoedya Ananta Toer adalah tokoh utama dari novel karya Koesalah Soebagyo Toer ini, Tokoh tokoh lain yang ada di novel ini adalah keluarga besar Pramoedya Ananta Toer. Alur novel ini sangat bagus hingga dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi pecinta sastra.
Kelebihan yang ada di novel ini adalah ceritanya yang bagus dan enak untuk membacanya karena berisi cerita tentang perjalanan hidup sang Pramoedya Ananta Toer, yang membuat penyuka karya karyanya dapat mengetahui kehidupan Pramoedya Ananta Toer. Kekurangan dari novel ini adalah bahasanya, karena terdapat bahasa yang susah dimengerti dan beberapa kata kata kasar di dalam novel ini. Kelebihan yang lainnya adalah novel ini memiliki daya tarik tersendiri sehingga banyak digemari oleh banyak orang dan juga novel ini tidak ada batasan usianya jadi dapat dibaca oleh seluruh kalangan.

Oleh Miko Putra Wijaya VIII.9 /15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar