Daftar Mata Pelajaran

Rabu, 19 September 2018

Nasionalisme Seorang Pemuda Dalam Burung-burung Manyar Karya Y. B. Mangunwijaya


Judul: Burung-burung Manyar
Penulis: Y. B. Mangunwijaya
Penerbit: Djambatan (1981), diterbitkan kembali oleh Penerbit Kompas (2014)
Jumlah Halaman: 405 halaman
Roman Burung-burung Manyar diterbitkan pertama kali pada tahun 1981, lalu diterbitkan kembali oleh Penerbit Kompas pada tahun 2014. Roman Karya Mangunwijaya ini telah memperoleh 2 penghargaan yang terkenal yakni South East Asia Write Award (1983) dan Ramon Magsasay Award (1996).

Dibagi menjadi 3 bagian besar dengan periode waktu antara 1934-1944, 1945-1950 dan 1968-1978, roman Burung-burung Manyar bercerita tentang kehidupan Teto (Setadewa) dan Atik (Larasati).
Kisah masa kecil Teto dan Atik yang lahir di zaman penjajahan mengawali bagian pertama buku ini. Sebagai anak dari pasangan letnan kelas satu sekaligus raden mas dari keluarga Mangkunegara dan keturunan Indo-Belanda bernama Brajabasuki dan Marice, Teto kecil mendapat kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya. Meskipun Brajabasuki dan Marice menikmati hidup Eropa, Teto lebih suka bergabung bersama anak-anak kampung dibanding dengan kerabat di istana.
Sementara Atik, terbiasa diajak ayahnya yang seorang pegawai Dinas Kebun Raya Bogor menyusuri sawah ladang dan hutan gunung, sudah ditumbuhi rasa cinta terhadap alam dan burung-burung sejak kecil. Pendidikan penuh kebaikan dari kedua orangtuanya berperan besar dalam membentuk pribadi Atik menjadi perempuan cerdas.
Bagian kedua memasuki waktu kemerdekaan Indonesia. Setelah Jepang yang tadinya memegang kuasa pergi meninggalkan Indonesia, Belanda kembali datang. Teto yang sejak awal dipenuhi kebencian akan ide tentang Jepang memilih untuk bergabung dengan tentara Belanda. Melalui Mayor Verbruggen, petinggi KNIL yang pernah melamar Marice (namun ditolak), Teto langsung mendapat posisi letnan dua.
Pertentangan batin dengan jelas terlihat dialami oleh Teto. Ia tidak mau dipandang menjadi pengkhianat bangsa, namun menurutnya Indonesia sendiri sama sekali belum siap untuk berdaulat dan merdeka. Ditambah lagi ketika mengetahui Larasati, cinta pertamanya yang ternyata justru menjadi sekretaris dari Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan jelas ada di pihak Republik.
Selama bekerja bersama KNIL, sosok ayah didapat Teto dari Verbruggen yang ternyata juga masih mencari keberadaan Marice. Diketahui setelah Jepang pergi ternyata Marice telah hilang ingatan dan tinggal di Rumah Penyakit Syaraf di Kramat.
Ada yang hilang ketika mulai masuk ke bagian tiga. Diceritakan bahwa Teto sudah menjadi Doktor Setadewa sang ahli computer di Pacific Oil Wells Company. Ada jeda waktu yang cukup panjang membuat saya merasa kehilangan beberapa faktor penting dari cerita.
Atik sendiri sudah menempuh pendidikan doktornya di Program Studi Biologi, Universitas Gadjah Mada. Ia telah lama pula dipersunting oleh Janakatamsi dan melahirkan tiga anak yang pertama dipanggil Teto. Kala Atik akan mempertahankan disertasinya yang berjudul “Jati Diri dan Bahasa Citra dalam Struktur Komunikasi Varietas Burung Ploceus Manyar”, Teto memutuskan untuk hadir namun. Ternyata keputusan tersebut justru kembali membuat Teto semakin gusar karena terjebak di antara rasaan cinta yang masih ia simpan untuk Atik dan rasa mawas diri untuk tidak membahayakan hubungan rumah tangga keluarga kecil Atik.
Cara Roman Mangun mengisahkan babak peralihan antara sebelum, saat dan sesudah kemerdekaan ditulis dengan sedemikian mengalir sehingga detail mengenai sejarah serta eksplanasi mengenai varietas burung-burung sangat bagus dalam bentuk fiksi yang mudah dimengerti oleh pembaca.
Kekurangannya yaitu adanya jeda waktu yang cukup panjang membuat saya kehilangan faktor-faktor penting dari cerita.
Secara keseluruhan, buku ini memiliki cerita yang begitu indah dan menyentuh. Ada banyak nilai kehidupan sarat makna yang dapat diambil oleh pembaca. Membaca Burung-burung Manyar setidaknya membuat saya kembali melihat harga kehidupan.

Diulas oleh:
Aditya Rifky W. P/ 8.9/ 02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar