Judul: Drama Mangir
Pengarang: Pramodeya Ananta Toer
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun Terbit: 2015
Tebal halaman: 163 halaman
Drama mangir merupakan salah satu drama karya Pramoedya Ananta Toer yang terkenal di masyarakat indonesia di berabagai kalangan tua maupun muda karena ceritanya yang menarik
Drama mangir menceritakan tentang suatu tanah perdikan yang bernama Mangir, tanah mangir adalah tanah yang sejahtera dan damai dan bebas dari sistem pemerintahan kerajaan mataram, semua kedamaian itu sirna ketika kesultanan mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senapati ingin menundukan tanah mangir ini.
Karena sangat sulit ditundukan, raja Panembahan Senapati sampai rela mengorbankan putrinya yaitu Pambayun untuk memata-matai Ki Ageng Muda Wanabaya, tetapi yang terjadi adalah malah Putri Pambayun menghianati Panembahan Senapati karena ia terpikat oleh Ki Ageng Muda Wanabaya dan ia malah menjadi istri Ki Ageng Muda Wanabaya yang pada akhirnya Ki Ageng Muda Wanabaya terbunuh oleh Panembahan Senapati.
Pada babak pertama menceritakan tentang diutusnya Kimong oleh Kerajaan Mataram untuk memata-matai Ki Ageng Muda Wanabaya, Kimong menyamar sebagai pandai tombak, dia bertemu dengan Suriwang dan ia mengaku sebagai pandai tombak, karena Baru Klinthing membutuhkan tombak dengan jumlah yang banyak maka Suriwang membawa Kimong kepada Baru Klinthing.
Setelah Kimong bertemu dengan Baru Klinthing, Baru Klinthing memberikan berberapa pertanyaan kepada Kimong untuk menegetahui asalnya, karena Kimong tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan Baru Klinthing akhirnnya ia mengaku bahwa ia adalah telik mataram, setelah mengetahui bahwa Kimong adalah telik Mataram, Baru Klinthing dan Suriwang menyuruh Kimong untuk pergi dari tanah perdikan dan kembali ke tanah Mataram.
Pada babak kedua menceritakan tentang datangnya rombongan telik mataram bersama Putri Pambayun dan Tumenggung mandaraka, mereka datang untuk bertemu dengan Ki Ageng Muda Wanabaya, Baru Klinthing, dan para Demang. Para Demang dan Baru Klinthing berdiskusi dengan Ki Ageng Muda Wanabaya karena dia ingin menikahi Putri Pambayun tetapi para Demang tidak menyetujui pernikahan tersebut karena Putri Pambayun merupakan anak dari Panembahan Senapati yang merupakan musuh dari Tanah Mangir, tetapi Ki Ageng Muda Wanabaya tetap ingin menikah dengan Putri Pambayun dan pada akhirnya para Demang dan Baru Klinthing mengizinkan mereka berdua menikah.
Pada babak ketiga menceritakan tentang akan berangkatnya Ki Ageng Muda Wanabaya dan para pasukanya ke Mataram untuk berperang, tetapi sebelum berangkat, Putri Pambayun meminta Ki Ageng Muda Wanabaya untuk bersujud kepada Panembahan Senapati agar pernikahan mereka berdua di restui dan Putri Pambayun mengaku bahwa ia anak dari Panembahan Senapati, yang membuat Ki Ageng Muda Wanabaya marah dan kecewa terhadap Putri Pambayun, akhirnya dengan terpaksa Ki Ageng Muda Wanabaya mengikuti permintaan Putri pambayun untuk bersujud ke Panembahan Senapati.
Akhirnya Ki Ageng Muda Wanabaya dan pasukanya bergerak menuju Kerajaan Mataram, setelah sampainya di kerajaan Mataram, Ki Ageng Muda Wanabaya langsung bertemu dengan Panembahan senapati dan sebelum Ki Ageng Muda Wanabaya bersujud ke Panembahan senapati, Pangeran Purbaya langsung menikam perut Ki Ageng Muda Wanabaya dengan keris, alhasil pertempuran pun terjadi, para pasukan Mangir pun kalah, Panembahan Senapati pun mengusir Putri Pambayun karena telah menghianati Kerajaan Mataram.
Tema yang terkandung dalam Drama Mangir adalah tentang perebutan kekuasaan, dengan tempat Tanah Mangir dan kerajaan Mataram, pada waktu Mataram diduduki oleh Panembahan Senapati, suasana yang terjadi dalam Drama Mangir adalah penuh semangat yang berapi-api.
Tokoh yang terdapat di Drama Mangir terbagi menjadi 4, yaitu Protagonis: Ki Ageng Muda Wanabaya dan Baru Klinthing, Tritagonis:Suriwang dan tumenggung Mandaraka, Antagonis: Panembahan Senapati, Ki Ageng Pamanahan, dan Pangeran Purabaya dan Kontagonis:Kimong, Tumenggung jagaraga, Tumenggung Pringgalaya, Demang Pajang, Demang Jodog, Demang Pandak, dan Demang Pantalan.
Alur Drama Mangir ini adalah Maju, yang pertama adalah Ekposisi: Adegan dibuka oleh Baru Klinthing yang sedang mengasah tombaknya, Baru Klinthing bercakap-cakap dengan Suriwang, yang kedua adalah Konflik: Suriwang memberi tahu Baru Klinthing tentang rencana Panembahan Senapati untuk Menguasai Mataram, Baru Klinthing menyatakan siap memperjuangkan Mangir agar tetap menjadi tanah yang merdeka, yang ketiga adalah Komplikasi: Datang Kimong utusan dari Kerajaan Mataram, setelah diinterograsi akhirnya Kimong ketahuan bahwa dia adalah antek-antek Mataram.
Yang keempat adalah Klimaks: Datang para Demang ke Mangir, terjadi adu mulut antara pihak Mataram dengan Mangir dan terjadi pertempuran, yang kelima adalah Resolusi:Para Demang kalah pertempuran.
Kelebihan Drama ini adalah penggambaran konflik yang detail dan seru, drama ini berisi sindiran kepada para penguasa yang haus akan kekuasaan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tujuanya dan kalimat-kalimatnya yang mudah dipahami, kekuranganya adalah banyak adegan dan tokoh yang sia-sia dan tidak memengaruhi jalan cerita dan tidak dijelaskan kehidupan di daerah Mangir meskipun inti cerita ini adalah perebutan kekuasaan Mangir.
M Nizar Bustomi
VIII.9(17)
Mantappp. I like it
BalasHapusTruzlah mengasah n menggores