Daftar Mata Pelajaran

Selasa, 18 September 2018

Jangan Panggil Aku Seperti Itu! Panggil Aku Kartini Saja ~ buku karya Pramoedya Ananta Toer


Judul Buku      : Panggil Aku Kartini saja
Pengarang       : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit           : Lentera Dipantara
Tahun Terbit    : 1965 (dibakar oleh Belanda)
Tebal Buku      : 307 Halaman.

“Panggil Aku Kartini Saja” merupakan buku karya Pramoedya Ananta Toer, yang telah mendapatkan sekitar 19 penghargaan dari berbaggai pelosok dunia. Buku ini mendapat respon yang baik dari berbagai Negara. Buku ini diawali oleh pangeran diponegoro yang jatuh, perang jawa yang terbesar dan termahal dikalahkan oleh Belanda.

            Penderitaan, kesengsaraan, kemiskinan. Itulah yang dirasakan rakyat Indonesia pada zaman tanam paksa. Diperbudak, namun tak dapat upah. Semakin lama semakin menyiksa sistem tanam paksa ini, lebih banyak mengambil nyawa. Wabah kemiskinan dan kelaparan dimana mana.

            Lahirlah sosok Kartini yang begitu menentang feodalisme dan kolonialisme. Seorang putri bangsawan yang hidup tanpa masa depan. Bukan masa depannya direnggut oleh Belanda, namun ia tak tau mau jadi apa ia esok hari nanti. Namun karena semua itu, Kartini tumbuh menjadi wanita yang kuat, yang mampu mengasah pena tajamnya untuk melawan penindasan terhadap kaum wanita.

            Bebas, itu yang dirasakan Kartini setelah sekian tahun terkurung dalam penjara tembok batu yang ditinggalinya. Mata kartini terbuka akan kemelaratan dan penderitaan rakyat pribumi, “Rakyatku…” katanya. Matanya bertambah luas memandang rakyat pribumi melalui buku “Max Havellar”. Kartini hanya bisa melakukan perlawanan dari surat surat yang bernilai tinggi keseniannya, ia sindir kolonial Belanda dengan sastranya. Surat Kartini mengguncang dunia, tersebar luas karena para sahabatnya yang tinggal di Belanda

Secara umum novel ini sudah benar benar menceritakan biografi seorang Kartini. Bahasa yang digunakan beragam namun sulit untuk dimengerti untuk para siswa usia Sekolah Menengah Pertama. Juga dikarenakan ini novel lawas, kemungkinan besar anak zaman sekarang kurang menyukainya, walau isinya sangat menarik.

Buku ini pada awal terlihat membosankan, bagaimana cara Pramoedya untuk membuat awalan dalam novel ini cukup membosankan, karena rata rata rakyat Indonesia telah mengetahui tentang sistem tanam paksa, kerja rodi, dan lain lain. Namun pada akhir buku, kita akan diberikan suguhan paragraf yang mungkin tidak akan kita temukan di novel Kartini lainnya. Yaitu tentang kondisi kejiwaan Kartini, sinkretisme yang masih keras, Kartini dan Tuhannya, egoisme sebagai antipodacinta, dan beakhir dalam observasi dan intelegensia seorang Kartini.

Penjelasan Pramoedya yang begitu panjang lebar kemungkinan besar akan membuat pembaca remaja saat ini bosan karena kosakata yang diambil terlalu dalam. Setiap awal paragraph pada BAB baru selalu menarik, namun sekitar paragraf 3 hingga seterusnya terasa tidak lagi menarik karena merupakan penjabaran dari paragraf sebelumnya yang sudah detail.

Nama       : Dafitri Zahra Eriana Prasetya
Kelas       : VIII. 9
No absen : 07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar