Daftar Mata Pelajaran

Selasa, 18 September 2018

PERUBAHAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI "DI KAKI BUKIT CIBALAK" - Karya Ahmad Tohari







Judul                   : Di Kaki Bukit Cibalak
Pengarang         : Ahmad Tohari
Penerbit             : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit      : 1994
Tebal halaman  : 176 halaman

          Novel Di Kaki Bukit Cibalak merupakan novel terbaik setelah Novel Ronggeng Dukuh Paruk ciptaan Ahmad Tohari. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1994. Novel ini memfokuskan pada sifat pemuda asal Tanggir yang memiliki kepribadian mencolok.

          Novel ini menceritakan tentang perubahan teknologi yang digunakan oleh masyarakat Tanggir. Pak Danu, orang yang dulu bekerja sebagai pembajak sawah berganti profesi menjadi tukang timbang ampas. Disana terdapat pasar yang biasanya menjual akar kayu jati. Atau daun jati meskipun mereka mendapatkannya dengan mencuri.  Orang orang yang biasanya menggunakan bahan dari rumput anyaman sekarang berpindah ke dompet plastik. Setelah bekerja Pak Danu mampir ke rumah orang yang dia kenal untuk memamerkan barang curian yang diperoleh dari rumah majikannya. Ia mencuri sebotol parfum yang sering diiklankan. Dia merasa derajatnya naik karena dipuji oleh orang sekitar. Terdapat dua gadis yang berjalan ke balai desa, yaitu  Sanis dan Jirah. Mereka adalah anak modin, yaitu orang yang mengurus upacara keagamaan. Sanis memiliki pembawaan yang menawan dan memiliki tungkai yang lurus. Di halaman Balai Desa berkumpul banyak sekali masyarakat Tanggir, yang akan memilih calon lurah yang baru. Lurah lama diganti karena telah menjual sapi pejantan milik Desa Tanggir. Ada lima calon lurah, tetapi masyarakat Tanggir yakin yang akan terpilih antara Pak Dirga atau Pak Badi. Pak Badi memiliki akhlak yang adil dan baik, berbeda dengan Pak Dirga yang suka berganti istri. Akhirnya setelah pemilihan, Pak Dirga menjadi lurah.
          Pambudi si pemuda Tanggir itu kecewa karena pak Badi tidak terpilih. Padahal ia yakin Pak Badi dapat menyejahterakan koprasi padi. Lalu ada seorang perempuan yang menuju koprasi dan meminjam beras untuk biaya berobat, dia adalah mbok dalem. Mbok Ralem ingin meminjam beras sangat Benyak namun ia tidak memiliki tanah. Mereka pun memuju ke rumah pak lurah untuk mencari solusi. Namun Pak Dirga menolak membantu Mbok Ralem, Mbok Ralem merasa sedih. Pak Dirga menolak karena dia mempunyai rencana, memanipulasi pemilik pohon jati, karena daerahnya akan dibangun jalan, dan Pak Dirga mengajak Pambudi ikut serta. Tetapi Pambudi tidak ikut melakukannya.
          Pambudi pun menjadi pengangguran. Ia masih khawatir dengan keadaaan Mbok Ralem. Lalu, Ia pun mengunjungi rumah Mbok Ralem, dan mengajaknya berobat ke Yogyakarta besok hari. Esok harinya mereka berangkat ke Yogyakarta dengan bis. Lalu mereka menuju rumah sakit dengan andong. Dirumahnya sakit setelah diperiksa penyakit Mbok Ralem adalah kanker, dan membutuhkan biaya lima ratus ribu. Pambudi sangat kebingungan mencari uang sebanyak itu. Lalu Dia membeli kalawarta. Dia punya ide membuat membuat iklan tentang penyakitnya Mbok Ralem, dan berharap ada yang menyumbangnya. Pak Barkah selaku ketua kalwarta membuatkan Pambudi iklan tersebut.
          Pada hari pertama banyak yang menelpon Pak Barkah. Dari beberapa penelpon tersebut ada yang menyumbang, pada hari itu terkumpul Rp 9.250. Setiap hari selalu ada yang menyumbang, pada hari ke-10 ada penyumbang yang  memberikan cek sebesar 100 ribu rupiah, dia adalah sahabat Pak Barkah. Pada hari itu penyumbang and ditutup dan sudah memperoleh uang s banyak 2.162.375,00 rupiah. Lalu Pambudi kembali ke Tanggir untuk memberikan makanan kepada anak Mbok Ralem. Saat di Tanggir Ia perpesona dengan Sanis. Dirumahnya sakit Mbok Ralem dimanjakan dengan baju baru yang sangat indah. Pada hari ke-36 Mbok Ralem diperbolehkan pulang, Dia dengan Pambudi menuju kantor kalawarta. Pambudi memperkenalkan Mbok Ralem dengan Pak Barkah. Uang sisa tadi diberikan ke Mbok Ralem lalu mereka kembali ke Tanggir.
          Pak Dirga menceritakan bahwa dia telah dimarahi oleh Bupati. Itu karena kalawarta yang dibuat Pambudi. Setelah itu Poyo menyetorkan buku administrasi lumbung ke Pak Dirga. Pak Dirga memiliki ide mencelakai Pambudi, ke Eyang Wira seorang dukun. Pak Dirga disuruh mengambil tanah kuburan dan meletakkannya di atap kamar Pambudi. Lalu diapun mengambil tanah di kuburan terdekat. Ia menyuruh Bagol sang pencuri handal untuk meletakkan di atap kamar Pambudi. Tetapi usahanya diketahui dahulu oleh Pambudi. Pambudi dan ayahnya mengintrogasi, siapa yang menyuruhnya ia menjawab jika ia disuruh Pak Dirga.
          Pada hari Minggu Bu Runtah istri Pak Dirga mengikuti ujian merias. Sanis menjadi modelnya, jam sepuluh Sanis dan Bu Runtah pergi ke rumah camat. Sesampai disana, Bu Runtah mendandani Sanis dengan sangat baik. Pada akhirnya, Bu Runtah menang dan ia sangat bahagia. Setelah itu Sanis dan Bambang Sumbodo duduk bersebelahan. Sebenarnya mereka saling suka, tetapi tidak ada yang be bicara saat itu. Sanis merasa malu, lalu ia segera pulang.
          Saat ayah Pambudi tahu jika ia telah dimusuhi i oleh lurah, ia disuruh pergi dari Tanggir demi kesejahteraannya. Ia pun pergi ke Yogyakarta, disana Pambudi menemukan rumah Topo sahabat SMA nya. Merekapun bercakap tentang masa SMA nya. Topo menyarankan agar Pambudi meneruskan belajar ke Universitas. Pambudi ragu akan biaya dan banyak pelajaran SMA yang ia sudah lupa. Akhirnya Pambudi menerima usul Topo dan mulai belajar, selain itu Pambudi juga bekerja untuk membayar biaya sekolahnya. Ia pun bekerja di toko arloji, pemilik toko itu punya anak bernama Mulyani. Mereka berdua mulai akrab karena bermain teka teki silang. Sejak saat itu Mulyani menyukai Pambudi. Ternyata, Pambudi diterima di universitas, Dia semakin rajin belajar. Sesekali Pambudi pulang ke Tanggir untuk menengok orang tuanya dan Sanis.
          Pambudi undur diri dari toko Mulyani, dan kembali ke kalawarta. Ia disuruh Pak Barkah melanjutkan tugas Pendi Toba. Pambudi membuat dengan kalawarta tema cinta dan menyediakan hadiah untuk pemenang. Sejak saat itu Kalawarta sangat laris. Hanya Bambang yang tahu jika berita tentang Pambudi mencuri uang koprasi hanyalah fitnah, ia senantiasa mendukung Pambudi. Mengetahui jika Bambang sudah tak tertarik dengan Sanis Pak Dirga ingin menikahi Sanis. Ayah sanis setuju namun ibunya tidak setuju. Bu Runtah mendengar hal itu lalu meminta bantuan ke ruang Wira, tetapi eyang Wira tidak dapat membantu.
          Sudah 3 tahun Pambudi tidak ke Tanggir. Berkat Kalawarta ia bisa membayar biaya.  sekolahnya. Dalam surat kabarnya Ia mengkritik kinerja lurah Tanggir, hali itu terdengar bupati lalu ia menyuruh camat untuk melepas jabatan lurah Tanggir. Akhirnya Pak Dirga lengser dari jabatannya, dan digantikan oleh Pak Hadi. Sepulang Pambudi ditanggir ayahnya ternyata ayahnya telah meninggal dunia. Ternyata Sanis telah janda.
          Setelah itu Mulyani datang dengan mobil barunya. Ia mengajak Pambudi pergi ke Bandung. Sebelum itu Pambudi membawa beberapa manggis dari belakang rumahnya. Mulyani bertanya pada Pambudi apakah dia akan meninggalkannya, lalu Pambudi menjawab tidak akan.
          Novel ini memiliki makna yang sangat bagus, yaitu untuk selalu berusaha menolong orang yang kesusahan tanpa kenal lelah. Dan juga menceritakan seorang tokoh yang sangat rajin membuat para pembaca menjadi termotivasi. Tetapi sangat disayangkan sekali buku ini sudah sulit dicari di toko toko buku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar