Judul : Harimau ! Harimau !
Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Tahun terbit : 1992
Tahun ditulisnya : 1975
Tebal halaman : 214 halaman
Ukuran buku : 11 cm x 17 cm
Harimau
! Harimau ! telah mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama sebagai penulisan sastra
terbaik pada tahun 1975 yang ditulis oleh Mochtar Lubis. Mochtar Lubis merupakan
pengarang ternama yang dilahirkan tanggal 7 Maret 1922 di Padang. Buku ini dapat dibaca sebagai sebuah cerita
petualangan di rimba raya oleh sekelompok pengumpul damar yang diburu oleh seekor harimau kelaparan. Berhari hari mereka mencoba menyelamatkan diri
mereka, dan seorang demi seorang di antara mereka jatuh menjadi korban terkaman
harimau.
Di dalam hutan terdapat
sumber-sumber nafkah hidup manusia seperti: rotan, damar, dan berbagai bahan
kayu. Tujuh orang pria yang terdiri dari Pak Haji Rakhmad, Wak Katok, Pak
Balam, Sutan, Buyung, Talib, dan Sanip telah seminggu lamanya tinggal di dalam
hutan mengumpulkan damar. Mereka mencari nafkah dengan mengumpulkan damar untuk
istri dan anak-anaknya di kampung Air Jernih, terkecuali Buyung, ia
satu-satunya yang paling muda diantara mereka dan belum menikah.
Mereka bertujuh selalu bersama-sama
pergi mengumpulkan damar, meskipun mereka sebenarnya tak berkongsi, dan
masing-masing menerima hasil penjualan damar yang dikumpulkannya sendiri.
Mereka merasa lebih aman dan lebih dapat bantu-membantu melakukan pekerjaan. Wak
Katok merupakan pemimpin rombongan pendamar itu. Yang muda-muda seperti Talib,
Sanip, Sutan, dan Buyung, mereka semua murid pencak Wak Katok. Mereka juga
belajar ilmu sihir dan gaib pada Wak Katok. Mereka termasuk orang baik di mata
orang kampung.
Dari kampung Air Jernih ke hutan, ada seminggu jauhnya berjalan kaki.
Mereka membawa beras, cabai, asam, garam, da panci, kopi, dan gula untuk
perbekalan mereka selama berburu damar di hutan.Selain mancari damar, mereka
juga berburu rusa. Di hutan terdapat huma kepunyaan Wak Hitam. Di sebuah pondok
di ladang Wak Hitamlah mereka selalu bermalam selama berada di hutan. Wak Hitam
mempunyai empat orang istri, namun istri yang paling mudalah yang menemaninya
di huma. Ia bernama Siti Rubiyah. Ia masih muda dan cantik. Wak Katok maupun
muridnya yang muda-muda diam-diam menyukainya, namun sebenarnya mereka takut
pada Wak Hitam yang mempunyai ilmu sihir yang hebat. Siti Rubiyah dipaksa
orangtuanya menikah dengan Wak Hitam. Wak Hitam menikahinya Siti Rubiyah hanya untuk memakai kemudaannyauntuk
mempermuda dirinya sendiri. Ada cerita yang mengatakan bahwa Wak Hitam
bersekutu dengan ibis, setan, dan jin, dan dia memelihara seekor harimau
siluman. Saat itu Wak Hitam sedang sakit demam yang tak kunjung sembuh, dengan
sabar Siti Rubiyah merawatnya.
Setelah mereka berminggu-minggu
mengumpulkan damar dan menumpang di huma Wak Hitam, mereka berniat untuk pulang
ke kampungnya membawa semua damar yang berhasil mereka kumpulkan. Di tengah
perjalanan mereka sempat berburu rusa. Di pinggir sungai mereka beristirahat
untuk makan malam dengan hasil buruan mereka. Disana mereka membuat sebuah
pondok dan api unggun. Pak Balam ketika sedang berhajat tiba-tiba ia diserang
oleh seekor harimau yang besar. Ia diseret ke tengah hutan. Kawan-kawannya dengan
sigap menyelamatkan Pak Balam bermodal senapan latuk milik Wak Katok dan parang
panjang. Pak Balam berhasl diselamatkan namun dalam keadaan yang sangat parah.
Pak Balam akhirnya bercerita bahwa ini semua terjadi akibat dosa-dosa yang
telah mereka lakukan di masa lalu. Satu per satu pun diantara mereka menjadi
korban harimau. Nyawa Pak balam, Talib, dan Sutan tak dapat diselamatkan akibat
diserang oleh harimau yang mengikuti perjalanan mereka.
Yang tersisa hanyalah Pak Haji, Wak
Katok, Sanip dan Buyung. Wak Katok marah, ia tidak senang setelah Pak Balam di
masa kritisnya sebelum meninggal, ia menceritakan segala dosa-dosanya yang
terdahulu kepada teman-temannya. Mulai dari situ terbongkarlah sosok Wak Katok
yang sesungguhnya. Selama ini ia berpura-pura menjadi orang yang ahli silat, ia
juga sebenarnya dukun palsu. Ia berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri
dengan modal senapan miliknya. Sampai akhirnya terjadi pertikaian di antara
mereka dan jatuhlah korban. Pak Haji meninggal setelah di tembak Wak Katok
dengan senapan miliknya.
Dari kejadian itu Buyung dan Sanip mengatur strategi untuk bisa
mengambil senapan itu dari tangan Wak Katok. Diikatnya Wak Katok dan ia
dijadikan umpan agar harimau itu dapat Buyung bunuh. Sebelum meninggal, Pak
Haji pernah berkata bahwa “Bunuhlah
lebih dahulu harimau dalam hatimu dan percayalah pada Tuhan”. Kata-kata itu
menyadarkan Buyung bahwa ia harus percaya adanya Tuhan yang selalu melindungi
dan jangan menaruh dendam pada orang lain. Dengan senapan yang berhasil di
ambil dari tangan Wak Katok, Buyung akhirnya berhasil menembak mati harimau itu
sebelum ia menyerang Wak Katok. Buyung dan sanip bahagia, mereka telah berhasil
menembak mati harimau yang telah menyebabkan hidup mereka menjadi tidak tenang dalam
perjalanan dan telah menjatuhkan korban yang tak lain kawan-kawannya yang telah
meninggal dunia.
Buku
ini bertemakan penyesalan akan kesalahan di masa lalu dan mengenai masalah
tahayul, ilmu magis, yang berkembang pada masyarakat Indonesia di masanya.
Tetapi kita harus sadar bahwa kuasa tuhan adalah segala – galanya, dan mutlak
adanya. Penokohan pada cerita ini :
1.
Pak Haji Rakhmad berwatakan realistis dan taat pada tuhan
2. Wak Katok berwatakan
pemaksa, penipu, dan orang bermuka 2
3. Buyung, dia merupakan
murid Wak Katok yang panadai dalam bersilat,
dan berwatakan baik hati, suka menolong,
serta pandai
4. Sanip berwatakan
jujur, apa adanya, tetapi suka mencuri
5. Pak Balam, dia
merupakan orang yang jujur dan pasrah pada tuhan
6. Sutan, dia juga
merupakan murid Wak Katok, yang suka menyindir, dan mencuri
7. Talib berwatakan
suka mencuri, dan keras kepala
8. Wak Hitam, dia
merupakan maha guru dari Wak Katok, dia memiliki watak suka
mengeluh, kejam, dan ingin menguasai
segalanya
9. Siti Rubiah, dia
merupakan istri muda Wak Hitam, dan Siti Rubiah suka malamun,
dan kurang berani dalam mengambil
keputusan.
Adapun alur yang
terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah alur maju (progresif), hal ini
dikarenakan cerita menceritakan kejadian dari awal sampai akhir tanpa adanya
unsur kejadian masa lampau.
Kelebihan buku :
Cover novel ini bagus, dengan perpaduan
warna orange dan hitam serta gambar
seekor harimau dan seseorang yang sedang memegang senapan. Dari sini pembaca
dapat merasakan bahwa cerita dalam novel ini pasti penuh dengan ketegangan.
Selain itu gaya bahasa yang digunakan juga mudah dipahami oleh pembaca.
Kekurangan buku:
Terdapat kata-kata yang kasar dalam novel ini.
Dimana kata-kata itu muncul saat konflik yang terjadi antar tokoh, contohnya
seperti kata “bangsat”. Terdapat beberapa kalimat yang menggambarkan
pornografi, sehingga dari sini dapat diketahui bahwa novel ini di tujukan untuk
orang dewasa. Selain itu juga terdapat beberapa kata-kata yang salah ketik dan beberapa kalimat yang tidak sesuai dengan
EYD dalam novel ini. Akhir cerita dalam novel ini tidak jelas, seolah-olah
ceritanya masih bersambung.
Diulas Oleh : Arya Aditama