Daftar Mata Pelajaran

Minggu, 26 Agustus 2018

TSUNAMI Oleh : Ananda Savira Tri Octaviani

TSUNAMI

           Tsunami merupakan rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan sangat tinggi, hingga lebih 900 km/jam. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu “tsu” yang berarti pelabuhan dan “nami” yang berarti gelombang laut. Jadi, jika diterjemahkan secara langsung, berarti gelombang laut di pelabuhan. Sedangkan, ilmuwan mengartikannya sebagai “gelombang pasang” (tidal wave) atau gelombang laut akibat gempa (seismic sea waves).


            Penyebab tsunami yang paling utama adalah terjadinya gempa bumi di dasar laut. Adapula tsunami yang disebabkan oleh tanah longsor, letusan gunung api dasar laut, dan jatuhnya meteor, namun hal ini jarang terjadi. Pembentukan tsunami akibat gempa bumi di dasar laut terjadi saat permukaan dasar laut naik turun di sepanjang patahan selama gempa berlangsung. Patahan tersebut mengakibatkan terganggunya keseimbangan air laut. Patahan yang besar akan menghasilkan tenaga gelombang yang besar pula. Beberapa saat setelah terjadi gempa, air lalu surut. Setelah surut, air laut kembali ke arah daratan dalam bentuk gelombang besar. Namun tidak semua gempa bumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya tsunami akibat gempa bumi yaitu gempa di dasar laut dengan kedalaman pusat kurang dari 70 km.

            Selain itu, pembentukan tsunami juga disebabkan oleh letusan gunung merapi di dasar lautan. Letusan tersebut menyebabkan tingginya pergerakan air laut atau perairan disekitarnya. Semakin besar tsunami, makin besar pula banjir atau kerusakan yang terjadi saat menghantam pantai. Contoh tsunami akibat letusan gunung berapi terjadi pada tahun 1883. Pada saat itu, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan tsunami yang sangat dahsyat. Saat gelombang tsunami menghantam Pantai Lampung dan Banten, ribuan kapal hancur dan banyak pulau kecil yang tenggelam. Gelombang tsunami setinggi 40 m yang diakibatkan Gunung Krakatau menghancurkan ratusan kampung dan menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.

            Selain itu, ada juga contoh tsunami akibat tanah longsor yang terjadi di Alaska pada tahun 1958. Pada saat itu, sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke Teluk Lituya. Longsoran tersebut terjadi akibat guncangan gempa bumi. Gelombang tsunami yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi gelombangnya mencapai 350-500 m saat melanda lereng gunung dan menyapu pepohonan. Ajaibnya, hanya dua orang pemancing ikan yang tewas.

            Seperti pada bencana alam secara umumnya, tsunami juga memiliki tanda tanda khas yang sebenarnya dapat dipelajari sehingga akan meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Ada tanda-tanda yang sangat jelas namun ada pula yang samar. Tanda yang sangat jelas merupakan indikator utama yang apabila muncul sudah dapat dipastikan bencana tsunami akan segera datang. Tanda-tanda awal yang sering terjadi sebelum datangnya tsunami, yaitu diawali dengan terjadinya gempa bumi. Pemicu awal sebelum terjadinya tsunami adalah terjadinya gempa besar terutama di sekitar pantai dan laut. Minimal kekuatan gempa sebesar 6.5 SR baru dapat dikategorikan sebagai tanda awal. Namun jika gempa bumi skala kecil maka tidak perlu dihiraukan karena tidak akan menimbulkan tsunami.

            Tanda kedua yang sering terjadi sebelum datangnya tsunami adalah air laut yang tiba-tiba surut. Tanda  ini merupakan tanda yang paling jelas sebelum terjadinya tsunami. Jika terjadi kejadian seperti ini, segera lakukan evakuasi secepatnya karena tidak lama setelah tanda ini, kemungkinan akan terjadi tsunami. Semakin jauh surutnya, maka biasa nya akan semakin kuat dan besar tsunami yang dihasilkan, meskipun surutnya air laut tidak selalu berkaitan dengan bahaya tsunami namun, perlu diwaspadai supaya tidak jatuh banyak korban jiwa. Sebenarnya yang menyebabkan air laut surut karena, sesaat sebelum munculnya gelombang tsunami, permukaan laut turun secara mendadak yang disebabkan oleh gempa bumi, longsor dan faktor lain, sehingga terdapat kekosongan ruang dan menyebabkan air laut pantai tertarik dan ketika gelombang tsunami sudah tercipta, maka akan kembali ke pantai dengan gelombang yang besar.

            Tanda yang ketiga adalah tanda-tanda alam yang tidak biasa seperti gerakan angin yang tidak biasa, perilaku hewan- hewan yang aneh, misalnya kelelawar yang biasanya tidur di siang hari tiba-tiba terlihat aktif pada 30 menit sebelum terjadinya tsunami. Burung- burung yang terbang bergerombol yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Dan juga ikan oar yang tiba-tiba terdampar di tepi pantai, ikan oar diduga bisa mendeteksi tsunami karena hidup di dasar laut di kedalaman 5.000 m. Begitu juga perilaku hewan hewan darat yang gelisah seperti yang terjadi di Thailand dimana sekitar satu jam sebelum tsunami menghantam negara tersebut, gajah gajah berlarian menuju bukit untuk menyelamatkan diri. 

            Tanda yang keempat adalah terdengar suara gemuruh. Menurut pengakuan saksi mata kejadian tsunami di Aceh tahun 2004 silam, sesaat sebelum datangnya gelombang tsunami terdengar suara gemuruh keras seperti kereta yang mengangkut barang. Ada juga yang mengatakan terdengar suara ledakan kecil dari kejauhan secara berulang ulang dan angin yang berhembus tidak biasa.

            Manusia memikirkan banyak cara untuk mengetahui kedatangan bahaya lebih awal. Cara-cara tersebut dikenal dengan nama sistem peringatan dini, termasuk sistem peringatan dini tsunami Sistem peringatan dini tsunami dapat dibagi menjadi 2, yaitu sistem peringatan secara alami dan sistem peringatan buatan manusia. Sistem peringatan dini secara alami misalnya melalui alam, termasuk perilaku hewan-hewan yang tak biasa menjelang terjadinya bencana.

            Adapun sistem peringatan buatan manusia misalnya alat-alat canggih yang digunakan untuk mendeteksi kedatangan bencana. Sistem peringatan buatan manusia dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu peringatan dini regional dan peringatan dini internasional.  Kedua jenis peringatan tersebut menggunakan fakta bahwa tsunami bergerak dengan laju sekitar 500 km/jam di laut lepas. Alat pengamat ditempatkan di dasar laut untuk melihat gelombang tsunami di laut lepas. Letak alat pengamat tersebut diusahakan sejauh mungkin dari garis pantai agar peringatan yang diterima menjadi jauh lebih dini.

            Sistem peringatan dini Pasifik dibangun pada tahun 1996 untuk memberikan informasi bencana tsunami kepada 26 negara di Pasifik. Sensor yang berada di dasar laut bertugas mengukur tekanan dan bobot air. Ketika gelombang tsunami melintasi sensor, volume air yang lebih dari biasanya itu akan meningkatkan tekanan pada alat sensor. Sensor segera memberi tahu pelampung yang mengapung di permukaan air. Pelampung memberikan informasi ke pusat peringatan dini mengenai adanya gelombang tsunami yang bergerak. Petugas di pusat informasi segera menyebarkan informasi ini ke sejumlah tempat atau Negara yang terancam terjadi tsunami.

            Jepang sebagai negara yang sering didera gempa bumi mengembangkan sistem sensor gempa bumi dengan menghabiskan sebesar 20 juta dolar AS untuk sistem 300 sensor gempa bumi yang dapat menyajikan informasi tepat waktu ke pusat peringatan dengan menggunakan satelit. Meskipun alat tersebut canggih, namun sebenarnya tidak ada sistem yang dapat melindungi manusia dari bencana tsunami yang bisa terjadi tiba-tiba. Hingga saat ini, peringatan dini tsunami belum pernah menyelamatkan seorang pun dari bencana tsunami mendadak. Peringatan dini tsunami masih dapat berkerja efektif jika jarak pusat gempa sangat jauh. Hal ini dikarenakan peringatan tersebut dapat memberikan kesempatan bagi para penduduk untuk melakukan evakuasi.

            Sejarah telah mencatat beberapa peristiwa tsunami terdahsyat sepanjang zaman selain tsunami Krakatau. Di antaranya adalah tsunami Jepang, tsunami Lisboa, tsunami Italia, dan tsunami Aceh. Tsunami Jepang terjadi pada tahun 2011 di Semenanjung Oshika. Gempa bumi menimbulkan gelombang tsunami setinggi 10 meter, korban tewas akibat tsunami tersebut sekitar 18 ribu jiwa. Dan pada tahun 2004 di Aceh, terjadi tsunami yang sangat dahsyat. Gempa bumi yang terjadi mengakibatkan tsunami hingga ke beberapa negara tetangga, yaitu Maladewa dan Srilangka merupakan wilayah yang paling parah terkena tsunami selain Aceh.

            Tsunami memang telah menjadi salah satu bencana yang menyebabkan kerusakan besar bagi manusia. Kerusakan terbesar terjadi saat tsunami tersebut menghantam permukiman penduduk sehingga menyeret apa saja yang dilaluinya, antara lain mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang tidak sedikit. Korban jiwa ini diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami. Selain korban jiwa, tsunami juga berdampak negatif terhadap bangunan, tumbuh-tumbuhan, maupun pencemaran lahan pertanian, tanah, dan air bersih. Oleh sebab itu, kita harus selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi bencana ini dengan adanya pengenalan dan penanggulangan tsunami yang dapat berupa peringatan dini tsunami yaitu sistem peringatan dini secara alami ataupun sistem peringatan dini buatan manusia. Meskipun alat peringatan dini buatan manusia tersebut canggih, namun sebenarnya tidak ada sistem yang dapat melindungi manusia dari bencana tsunami yang bisa terjadi tiba-tiba. Namun, kita tidak perlu terlalu khawatir karena tidak semua tsunami membentuk gelombang besar. Selain itu, tidak semua letusan gunung merapi atau gempa yang terjadi diikuti dengan tsunami.


Nama        : Ananda Savira Tri Octaviani
Kelas        : 8.9
No Absen : 03

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar