Daftar Mata Pelajaran

Minggu, 26 Agustus 2018

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Oleh : Fidela Faya Felicya


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu karena secara geografis penutur bahasa Indonesia termasuk dalam golongan bangsa Melayu yang berasal dari golongan Austronesia yang berpindah ke Asia Tenggara pada zaman batu (2500 SM). Pada masa-masa ini dikenal sebagai kumpulan pertama dengan nama Melayu Porto. Berikutnya kumpulan kedua yang dikenal dengan nama Melayu Deutru diawali dengan kepindahan mereka ke Asia Tenggara pada zaman logam kira-kira tahun 1500 SM. Keturunan Melayu Deutro diyakini lebih bijak dan mahir bila dibandingkan dengan Melayu Porto. Bijak dalam hal astronomi, pelayaran, dan bercocok tanam.


Perkembangan Bahasa Melayu
Datangnya agama Hindu, Islam dan penjajah Eropa ke Asia Tenggara telah menyebabkan perbedaan antara bahasa Melayu Kuno, bahasa Melayu Klasik, dan bahasa Melayu Modern. Para ahli bahasa membagi perkembangan bahasa Melayu menjadi tiga tahap yakni bahasa Melayu Kuno yang mendapat pengaruh Sansekerta dan Hindu yang kuat, bahasa Melayu Klasik yang mendapat pengaruh bahasa Arab dan Islam, serta bahasa Melayu modern yang lebih banyak dipengaruhi penjajah barat terutama Inggris. 
Penulisan bahasa Melayu mengalami beberapa perubahan dan menggunakan beberapa jenis huruf yang saling berganti. Pada awalnya tulisan yang digunakan adalah tulisan Pallawa dari India. Tulisa Palawa ini kemudian mengalami perubahan dan muncul tulisan-tulisan seperti tulisan Rencong, tulisan Kawi, Tulisan Jawi, dan tulisan Rumi.

Bahasa Melayu Kuno
Bahasa Melayu Kuno termasuk keluarga bahasa Nusantara. Bahasa Melayu Kuno pada zaman kerajaan Sriwijaya berkembang sebagai lingua franca  karena (1) sederhana dan bersifat terbuka dan mudah menerima pengaruh dari luar, (2) tidak terikat pada perbedaan lapisan masyarakat, dan (3) mempunyai sistem yang lebih mudah daripada bahasa Jawa. Bukti bahasa Melayu Kuno yang lain tampak pada prasasti di Gandasuli Jawa Tengah 632 M yang ditulis dalam huruf Nagiri. 
Bahasa Melayu Kuno banyak dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta. Pada masa itu bahasa Sansekerta dianggap sebagai ‘bahasa tinggi’ oleh sebab itu dengan banyak menyerap bahasa Sansekerta maka dianggap bahasa Melayu menjadi lebih bergengsi dan memperoleh ‘kemegahan’. Dalam bahasa Melayu terdapat 677 kosa kata yang berasal dari bahasa 
Sansekerta. 

Peralihan Bahasa Melayu Kuno ke Bahasa Melayu Klasik
Peralihan Bahasa Melayu Kuno ke Bahasa Melayu Klasik bermula pada pengaruh Islam yang semakin kuat di Asia Tenggara pada abad ke-13. Bahasa Melayu mengalami banyak perubahan dari segi kosa kata, bunyi, dan tulisan. Pada masa ini ditemukan tiga batu prasasti penting, yaitu: (1) prasasti yang ditemukan di Pagar Ruyung, Minangkabau (1356) dengan ciri-ciri: (a) ditulis dalam huruf India, (b) mengandung prosa Melayu Kuno dan beberapa sajak dalam bahasa Sansekerta, dan (c) bahasa sedikit berbeda dengan bahasa batu prasasti abad ke-7; (2) prasasti yang ditemukan di Minye Tujuh, Aceh (1380) dengan ciri-ciri: (a) masih menggunakan huruf India, (b) untuk pertama kalinya terdapat penggunaan kata-kata Arab seperti Nabi, Allah, dan rahmat; (3) prasasti yang ditemukan di Kuala Berang, Terengganu (1303-1387) dengan ciri-ciri: (a) ditulis dalam huruf Jawi, dan  (b) membuktikan bahwa tulisan Arab telah digunakan dalam bahasa Melayu pada abad itu. Ketiga prasasti tersebut merupakan bukti tertulis perkembangan bahasa Melayu bahwa selepas abad ke-14 muncul kesusastraan Melayu dalam bentuk tulis.

Bahasa Melayu Klasik
Kejayaan zaman bahasa Melayu Klasik ini dapat digolongkan menjadi tiga yaitu (1) zaman kerajaan Malaka, (2) zaman kerajaan Aceh, dan (3) zaman kerajaan Johor-Riau. Pada masa ini terdapat penulis-penulis penting, diantaranya Hamzah Fansuri, Syamsuddin al-Sumaterani, Syeikh Nuruddin al-Raniri, dan Abdul Rauf al-Singkel. Adapun ciri-ciri bahasa Melayu Klasik adalah (1) panjang, berulang-ulang dan berbelit-belit, (2) istanasentris, (3) terdapat kosa kata klasik, misalnya ratna mutu manikam, edan kesmaran (mabuk asmara), sahaya, masygul (bersedih).

Bahasa Melayu Modern
Tulisan Munsyi Abdullah pada abad ke-19 dianggap sebagai permulaan zaman bahasa Melayu Modern. Sebelum zaman penjajahan negara-negara Eropa bahasa Melayu mencapai puncak kejayaan. Pada masa ini terdapat banyak pengaruh bahasa Jawa. Bahasa Jawa dan bahasa Melayu merupakan bahasa serumpun. Penyebaran pengaruh bahasa Jawa dalam bahasa Melayu melalui penyebaran cerita panji dan melalui interaksi sosial. Migrasi orang Jawa ke tanah Melayu telah ada sejak zaman kesultanan Melayu Malaka. Orang Jawa menempati area secara berkelompok yang kemudian dikenal dengan sebutan Kampung Jawa dan Parit Jawa. 

Bahasa Melayu Hingga Bahasa Indonesia
Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia diawali dengan bahasa perdagangan di daerah-daerah pelabuhan Nusantara yang juga digunakan sebagai penyebaran agama Islam. Peran pelayar niaga antar pulau tersebut mulai tumbuh di Asia Tenggara sejak abad pertama Masehi. Perkembangan bahasa Indonesia diawali dari perdagangan melalui laut oleh pedagang-pedagang Nusantara sejak abad VII M yang ditandai tumbuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha hingga berkembang sampai abad XVII saat periode perkembangan agama dan kerajaan Islam hingga menjelang datangnya bangsa-bangsa Imperalis Eropa di Nusantara. Pada periode itu bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar dalam perdagangan, politik, dan budaya. 
Aktivitas perdagangan yang semakin berkembang menguntungkan perkembangan bahasa Indonesia yang mengakar pada bahasa Melayu. Para pelayar niaga yang melakukan perdagangan di daerah tersebut dituntut untuk memahami bahasa Melayu sebagai pengantar dalam transaksi dagang, maka tumbuh dan berkembanglah bahasa Melayu sebagai bahasa bisnis. Para pedagang tersebut dalam perjalanannya tetap menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu ekspansi kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya yang menguasai sebagian besar wilayah Nusantara bagian barat dan Semenanjung Melayu secara tidak langsung juga menyebarkan pemakaian bahasa Indonesia di wilayah-wilayah taklukannya. 
Pada masa pergerakan nasional organisasi-organisasi pergerakan seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij dalam kongres dan publikasinya menggunakan bahasa Melayu, Jawa, dan Belanda. Pada awal pendudukan Jepang dalam usahanya mempercepat penguasaan Asia Timur Raya mereka membawa bahasa Indonesia sampai ke desa-desa dan  melakukan perubahan istilah dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Kondisi tersebut menguntungkan perkembangan bahasa Indonesia.

Perkembangan Bahasa Indonesia
Dalam perjalanannya bahasa Indonesia mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Di antaranya berkembangnya sebagai Bahasa Nasional yang juga berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang jati diri atau identitas bangsa, dan (3) sebagai alat pemersatu bangsa, serta sebagai Bahasa Negara yang berfungsi sebagai (1) bahasa resmi dalam penyelenggaraan negara/pemerintahan, (2) bahasa resmi dalam penyelenggaraan pendidikan, (3) bahasa resmi dalam administrasi pembangunan dan bisnis, dan (4) bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan ipteks.
Berdasarkan fungsi bahasa negara itu kedudukan atau status bahasa Indonesia sebagai media pengembang IPTEKS (keilmuan) dan budaya dikukuhkan, dibina, dan dikembangkan. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa IPTEKS diorientasikan pada dua hal, yakni (1) terbentuknya bahasa Indonesia (BI) yang memiliki daya ungkap terhadap berbagai konsep IPTEKS, dan (2) terbentuknya rasa bangga berbahasa Indonesia sebagai representasi tumbuhnya kepribadian nasional. Dengan kata lain kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa IPTEKS adalah sebagai pengembang misi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. 
Bahasa Indonesia juga mengalami perkembangan dalam ejaan. Ejaan merupakan  pengaturan sistem penulisan bunyi bahasa. Setiap bunyi atau kata perlu diatur penulisannya agar sama atau seragam. Sistem pengaturan tersebut meliputi ketentuan atau kaidah yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan-satuan kata, kelompok kata, atau kalimat, beserta penggunaan tanda baca.
Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia adalah 1) Ejaan Van Ophuysen (1901), 
2) Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947), *3) Ejaan Pembaharuan (1957), *4) Ejaan Melaju Indonesia / Melindo (1959), *5) Ejaan Lembaga Bahasa Kesusasteraan / LBK (1966), 6) Ejaan Yang Disempurnakan / EYD (1972). (* = ejaan yang tidak sempat disahkan oleh Pemerintah Indonesia). 

Oleh: Fidela Faya Felicya VIII.9/12


1 komentar: