Daftar Mata Pelajaran

Senin, 11 Februari 2019

Adilkah Bila Kemampuan Fisik Jadi Penentu Ranking?


Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan atau lebih sering disebut PJOK merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh setiap peserta didik dari berbagai jenjang. Mata pelajaran tersebut menjadi salah satu factor yang memengaruhi hasil rata-rata nilai rapor peserta didik. Memang baik adanya mata pelajaran olahraga tersebut dilakukan secara rutin . Hal itu dilakukan  guna meningkatkan kebugaran jasmani serta menambah wawasan siswa seputar kebugaran jasmani. Namun, apakah adil jika mata pelajaran yang notabene-nya lebih mengandalkan kekuatan fisik tersebut menjadi salah satu komponen penentu hasil nilai akhir? 

            Mata pelajaran PJOK bukan sebuah mata pelajaran yang mudah dilakukan oleh beberapa siswa. Pelajaran tersebut mewajibkan siswa memiliki kekuatan fisik yang mumpuni untuk mendapatkan nilai yang memenuhi standar. Dari segi kesehatan, pelajaran olahraga memang baik sebagai bentuk latihan fisik rutin para siswa.  Namun tidak semua mudah untuk dilakukan. Beberapa jenis olahraga, memaksa para siswa untuk menjadi ahli pada suatu teknik tertentu yang tidak jarang memerlukan latihan yang keras. Misalnya saja lari jarak jauh yang selalu menjadi hal yang diujikan pada mata pelajaran olahraga. Lari jarak jauh membutuhkan  tenaga dan stamina yang cukup banyak. Lalu apa jadinya jika kita memaksa seorang siswa dengan kondisi tubuh yang lemah untuk melakukan lari jarak jauh? Coba pikirkan akibatnya! Tentu hal itu akan membuat siswa tersebut merasa menderita, keadaannya memburuk bahkan terdapat kemungkinan kehilangan kesadaran. Contoh lainnya adalah siswa yang dipaksakan untuk melakukan senam lantai. Senam lantai membutuhkan kekuatan, kelenturan, dan ketahanan. Jika seorang siswa  tidak mempunyai ketiga poin penting tersebut, dapat dibayangkan siswa itu akan mengalami trauma jika ketika mencoba ia gagal. Padahal ia tetap diwajibkan menyelesaikan dan memenuhi standar minimum.

            Jika dilihat dari segi nilai akademik siswa, pelajaran olahraga tentu menjadi salah satu komponen yang memengaruhi. Pelajaran olahraga akan menjadi sebuah beban bagi siswa yang tidak memiliki bakat di bidang itu namun dituntut untuk memnuhi standar yang telah ditentukan. Apalagi bagi para siswa yang pandai secara kognitif, namun tidak memiliki passion dibidang olahraga, tentu hal itu akan sangat merugikan bagi mereka. Nilai yang sudah mereka kumpulkan dari berbagai mata pelajaran lain dapat menjadi diluar ekspetasi karena mereka tidak bisa memenuhi standar . Hal yang sama juga akan terjadi pada siswa yang notabene sudah memiliki fisik lemah sejak lahir. Mereka akan kesulitan untuk melakukan olahraga dan pada akhirnya juga akan menjadi beban.

            Pada saat yang sama, sebagian siswa yang memang memiliki minat dan bakat dibidang olahraga tidak keberatan dengan adanya nilai tersebut, atau malah sangat memerlukannya. Hal itu dikarenakan mereka berpikir bahwa nilai adalah bukti dari perkembangan kemampuan mereka. Mereka akan merasa sangat bebas dan senang saat melaksanakan pelajaran olahraga. Pelajaran olahraga tidak akan menjadi sebuah beban yang memberatkan bagi mereka.

            Pelajaran olahraga, akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat menyenangkan dan bermanfaat apabila dilaksanakan untuk menyehatkan dan meningkatkan kebugaran para siswa, Namun hal tersebut akan menjadi sebuah beban jika terdapat standar minimum yang harus diraih oleh setiap siswa. Apalagi pelajaran olahraga merupakan sebuah mata pelajaran yang melibatkan fisik, bukan kognitif. Sehingga hal tersebut lebih sulit untuk dipelajari. Seharusnya, untuk meminimalisir kemungkinan resiko yang didapat siswa, standar yang dibuat harus dapat memperhatikan dan mempertimbangkan kemungkinan siswa dengan kondisi lemah. Untuk beberapa jenis olahraga yang dirasa sulit untuk dilakukan sebaiknya ditiadakan. Bila memang ingin diterapkan, dapat diterapkan pada sekolah yang memang menekankan pada kemampuan fisik, sebagai contoh Sekolah Atletik.

Oleh :
Atya Danastri Masantika VIII.9 / 05
Dianeera Mahadewi VIII.9 / 09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar